PEMBESARAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer, Bloch) DI DESA GANOE
LAMDINGIN BANDA ACEH.
Disusun
oleh:
Nama : kamarullah
Nim : 1011102010011
Jurusan : budidaya perairan
Kelompok : 1 ( satu )

JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
KOORDINATORAT
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA DARUSSALAM
BANDA
ACEH
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas rahmat dan nikmat ALLAH SWT yang telah di berikan kemudahan kepada
kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Salawat
dan salam tak lupa pula kita sanjungkan ke pangkuan nabi kita yaitu nabi
Muhammad SWA, yang telah membawa kita dari jaman jahiliah hingga jaman islamiah
,dari jaman kebodohan hingga jaman menyembah allah SWT. Atas rahmat allah SWT
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum pembesaran ikan kakap di desa gano
lamdingin banda aceh.
Laporan
yang saya buat ini , saya merasa sudah benar . walau sudah benar kritik dan
saran sangat saya harapkan, untuk menambah wawasan dalam membuat laporan kedepan nya nanti. Semoga laporan saya ini dapat
bermamfaat bagi yang membacanya .
Darussalam 16 januari2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
1.1
Pendahuluan ........................................................................................................... 1
1.2
Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II DASAR TEORI .................................................................... 2
BAB III METODELOGI................................................................... 8
3.1 Waktu dan tempat.................................................................................................... 8
3.2 Alat dan bahan......................................................................................................... 8
3.3 Metode kerja............................................................................................................. 8
BAB IV HASIN DAN PEMBAHASAN............................................ 10
4.1 Hasil ......................................................................................................................... 10
4.2 Pembahasan ............................................................................................................. 24
BAB V PENUTUP.............................................................................. 27
5.1 Kesimpulan............................................................................................................... 27
5.2 Saran......................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
Tabel 3.1 alat dan bahan........................................................................................... 8
Tabel 4.1 Kualitas air tambak................................................................................... 10
Tabel 4.2 Pertumbuhan Ikan.................................................................................... 10
Tabel 4.3 Biaya Investasi
Pembesaran Ikan Kakap Putih..................................... 11
Tabel 4.4 Biaya Operasional
Pembesaran Ikan Kakap Putih................................ 11
Tabel 4.5 Rincian Kelayakan Usaha........................................................................ 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang.
Indonesia
memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya
ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di
beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan
kakap dalam jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang.
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) atau lebih dikenal dengan nama
seabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Produksi ikan
kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut,
dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah di hasilkan dari usah
pemeliharaan (budidaya). Salah satu faktor selama ini yang menghambat
perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah masih sulitnya
pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup.
Ikan kakap yang kami lakukan pembesaran terletak di daerah jalan syiah
kuala, lamdingin banda aceh. Pembesaran yang kami lakukan adalah untuk
memperaktek kan ilmu teori yang selama ini kami dapatkan di ruang kuliah dan
untuk menuntaskan mata kuliah pembesaran ikan. Selain dari itu kami juga
mendapatkan pengalaman yang telah kami lakukan selama 2 bulain terahir ini
sehingga banyak hal yang kami dapatkan selama praktek pembesaran ikan kakap di
kolam.
1.2 Tujuan.
Supaya mahasiswa bisa memperaktekkan
dari teori selama ini didapat di kampus dan bisa mempraktekkan di lapangan
serta menambah wawasan bagi mahasiswa yang melakukan praktek.
BAB
II
DASARTEORI
2.1.1
Biologi Ikan
Kakap Putih
Ikan kakap
yang populer disebut predator ( pemangsa ) merupakan komoditas yang dapat
dibudidayakan di tambak maupun dalam keramba. Ikan kakap dibedakan menjadi dua
jenis yang masing-masing didentifikasi dengan nama ikan kakap merah dan ikan
kakap putih. Ikan kakap merah ( Lutjanus sanguineus ) dan ikan
kakap putih ( Lates calcafier ) bukan
dari suku yang sama. Ikan kakap merah berasal dari suku Lutjanidae sedangkan
ikan kakap putih dari suku Centropemidae. Praktek budidaya dalam
tambak atau dalam keramba ternyata yang dapat dibudidayakan adalah ikan kakap
putih karena ikan kakap merah hanya sanggup hidup di laut, air payau atau air
tawar. (Murtidjo, 2001)
Ikan kakap
mempunyai banyak nama, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Misalnya di
Jawa Tengah dan di Jawa Timur., orang-orang menyebutnya pelak, petehan,
tetahan, cebeh dan cabik. Di Madura disebut dengan sebutan dubit, tekong,
cakong atau cateh, di Sulawesi Selatan dikenal dengan nama talungsar,
pica-pica, ganja atau kaca-kaca dan diluar negeri umumnya dosebut dengan
sebutan giant seaperch, tetapi di Asia Tenggara lebih dikenal dengan nama
seabass, dan untuk dinegara lain disebut dengan sebutan white
seabass, silver seaperch, giant perch, palmer, coo-up, two finned seabass dan
lain-lainnya. (Rusyani. 2004).
Ikan kakap
dewasa memiliki mata merah yang jelas dan bening., mulutnya lebar sebagai ciri
ikan pemangsa dengan posisi sedikit serong dan geligi halus. Warna bagian
punggung biru kehijauan atau keabu-abuan dengan sirip abu-abu gelap. Bagian
bawah sebelum penutup insang tumbuh duri kuat dan bagian atas penutup insang
terdapat cuping bergerigi. (Ismi, 2005).
Ikan kakap
putih (Lates calcalifer) bila di dalam air akan kelihatan cokelat tua
atau kehitaman, tetapi bila diamati secara cermat akan kelihatan ada warna
putih atau keperakan yang dominan, terutama pada bagian diperut.
Gambar. Ikan
kakap putih ( Lates calcarifer )
2.1.2. Klasifikasi Ikan
Kakap Putih.
Jenis ikan
kakap di Indonesia sangat banyak. Dari begitu banyak jenis ikan kakap di
Indonesia ada tiga suku yang cukup di kenal oleh masyarakat, yakni suku
Lutjanidae, Labotidae, dan Centropomidae. Ketiga suku ikan kakap ini hidup di
alam yang berbeda beda. Suku Lutjanidae habitatnya di air laut, suku Labotidae
habitatnya di air payau dan suku Centropomidae memiliki habitat yang luas yaitu
dapat hidup di air laut, payau dan tawar. Ikan kakap putih termasuk ke dalam
suku Centropomidae sehingga ikan kakap putih dapat dibudidayakan di KJA dan
tambak (Said, 2007).
Ikan kakap
putih diberi nama oleh M.E Bloch pada tahun 1790. Klasifikasi ikan kakap putih
tersebut yaitu :
Phylum : Chordata
Sub phylum :Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Centropomidae
Genus : Lates
Species : Lates calcalifer, BLOCK.
2.1.3. Morfologi
Ikan Kakap Putih.
Ikan buas,
hal ini dapat di lihat dari bentuk mulutnya. Ikan kakap putih memiliki mulut
yang lebar dengan gigi halus yang tajam. Rahang bawah ikan kakap lebih maju di
bandingkan rahang atasnya. Itu membuktikan bahwa ikan kakap putih ini pemakan
daging atau karnivora (Sudjiharno,
1999).
Ikan kakap
juga seperti ikan lainnya memiliki sirip. Sirip ekor ikan kakap putih berbentuk
bulat. Ikan kakap putih memiliki sirip punggung berjari jari keras, kuat dan
kaku. Jari jari siripnya terdiri dari 3 jari keras dan 7-8 jari lunak pada
sirip punggungnya. Sedangkan sirip yang lainnya tidak ada menunjukkan ciri ciri
khusus jika di bandingkan dengan ikan lainnya (Mulyono, 2011).
Dilihat dari
matanya ikan kakap juga memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan ikan yang lainnya
yang mempunyai mata berwarna hitam. Perbedaannya adalah warna mata ikan kakap
putih berwarna merah terang. Mata ikan kakap putih lebih kecil di bandingkan ikan
kakap lainnya (Chalik dkk, 2005).
Tubuh ikan
kakap putih memanjang dan gepeng dengan pangkal sirip ekor melebar. Tulang
rahang atas melewati mata sebelah belakang sedangkan rahang bawahnya lebih
menonjol ke depan dari rahang atasnya. Bentuk kepala tirus ke depan. Warna
tubuhnya perak keabuabuan sewaktu dewasa, pada waktu masih burayak warnanya
gelap (1-2 bulan), kemudian akan terang setelah menjadi gelondongan (3-5
bulan). Ukuran maksimalnya dapat mencapai 170 cm (Kordi, 2010). Sedangkan sirip yang lainnya tidak ada
menunjukkan ciri ciri khusus jika di bandingkan dengan ikan lainnya (Mulyono, 2011).
Dilihat dari
matanya ikan kakap juga memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan ikan yang
lainnya yang mempunyai mata berwarna hitam. Perbedaannya adalah warna mata ikan
kakap putih berwarna merah terang. Mata ikan kakap putih lebih kecil di bandingkan
ikan kakap lainnya (Chalik dkk, 2005). Tubuh
ikan kakap putih memanjang dan gepeng dengan pangkal sirip ekor melebar. Tulang
rahang atas melewati mata sebelah belakang sedangkan rahang bawahnya lebih
menonjol ke depan dari rahang atasnya. Bentuk kepala tirus ke depan. Warna
tubuhnya perak keabuabuan sewaktu dewasa, pada waktu masih burayak warnanya
gelap (1-2 bulan), kemudian akan terang setelah menjadi gelondongan (3-5
bulan). Ukuran maksimalnya dapat mencapai 170 cm (Kordi, 2010).
2.1.4 Kebiasaan makan.
Menurut Effendi (1997) dalam Priyadi, A., dkk (2009),
pakan merupakan faktor pengendali yang penting dalam menghasilkan sejumlah ikan
disuatu perairan Adapun pengaruh pakan diantaranya : sebagai faktor yang
menentukan bagi populasi untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu perairan
tersebut. Di alam, banyak terdapat berbagai jenis makanan yang tersedia bagi
ikan, tentunya setiap ikan telah memiliki selera dan kebiasaan makan yang
berbeda-beda sesuai dengan morfologi dan adaptasi yang telah dilakukan oleh
ikan tersebut (Nikolsky, 1963 dalamKadarwati, L. 1997).
Menurut
Effendi (1997) dalam Priyadi, A., dkk (2009),
kebiasaan makan (food habit) berhubungan dengan jenis, kuantitas dan
kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding
habits) berhubungan dengan waktu, tempat dan bagaimana cara ikan memperoleh
makanannya. Effendi (1997) dalam Priyadi, A., dkk (2009)
menambahkan bahwa faktor- faktor yang menentukan jenis ikan memakan suatu
organisme adalah ukuran, ketersediaan, warna, rasa, tekstur makanan dan selera
ikan terhadap makanan. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies ikan adalah umur,
tempat dan waktu.
Jenis ikan
kakap putih termasuk ikan carnivor. Ikan ini merupakan predator
yang senantiasa aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal).
Aktivitas ikan nocturnal tidak seaktif ikan diurnal atau
ikan yang aktif pada waktu siang hari. Pergerakan ikan nocturnal
cenderung lambat ataupun pasif, adapun arah pergerakannya tidak seluas
ikan diurnal. Diduga ikan nocturnal lebih banyak
menggunakan indra perasa dan penciuman dibandingkan indra penglihatannya. Bola
mata yang besar menunjukkan ikan nocturnal menggunakan indra
penglihatannya untuk ambang batas intensitas cahaya tertentu, tetapi tidak
untuk intensitas cahaya yang kuat (Iskandar dan Mawardi, 1997dalam Wontek,
R. 2012).
Ikan kakap putih
lebih suka memangsa jenis-jenis ikan yang berukuran lebih kecil dari pada
ukuran tubuh ikan tersebut. Adapun jenis-jenis makanannya berupa crustacea,
gastropoda serta berbagai jenis plankton namun utamanya adalah urochordata.
Pada umumnya kakap merah yang berukuran besar baik panjang maupun tinggi
tubuhnya, memangsa jenis-jenis ikan maupun invertebrata berukuran lebih kecil
dari pada ukuran bukaan mulutnya yang berada didekat permukaan di sekitar
perairan karang. Jenis kakap merah ini biasanya menempati daerah perairan
pantai berkarang hingga kedalaman 100 meter (Sunyoto dan Mustahal, 2002 dalam Batara,
R. J. 2008).
2.1.6 Jenis pakan
Pakan yang
digunakan pada pemeliharaan ikan kakap merah secara umum adalah ikan rucah
seperti kuniran, selar, tanjan dan kurisi (Supria dan Ruswantoro, 2011). Pakan
yang diberikan haruslah sesuai dengan bukaan mulut dan kandungan nutrisinya
diperlukan dalam proses perkembangan gonad ikan. Namun penggunaan ikan rucah
sebagai pakan ikan kakap merah memiliki beberapa kelemahan yaitu : ketersediaan
pakan tidak kontinyu, memerlukan waktu dan tenaga untuk penyiapan, mutu pakan
tidak terjamin, mempunyai resiko terhadap penularan penyakit.
Kualitas
ikan rucah yang jelek ditandai dengan ikan yang membusuk, bau yang tidak sedap.
Ikan yang telah terkontaminasi sebaiknya tidak digunakan sebagai pakan.
Kelebihan Ikan rucah segar diantaranya mempunyai kualitas nutrisi yang lebih
baik dari pada ikan rucah yang dibekukan, akan tetapi memiliki resiko sebagai
penularan bibit penyakit (Sutarma, dkk., 2004 dalam Setiawan, Adi. 2011).
2.1.7 Habitat Asli
Ikan Kakap Putih.
Ikan kakap
putih sebenarnya adalah ikan liar yang hidup di laut. Namun setelah di lakukan
penelitian ikan kakap putih memiliki habitat yang sangat luas. Ikan kakap putih
dapat hidup di daerah laut yang berlumpur, berpasir, di ekosistem mangrove.
Nelayan sering mendapatkan ikan kakap putih ketika melaut. Ikan kakap yang
hidup di laut lebih besar ukurannya di bandingkan yang di pelihara di air payau
atau di air tawar. Hal itu mungkin di sebabkan karena makanannya banyak di
habitat aslinya (Kordi, 2002).
Ikan kakap
juga dapat hidup di air payau. Ikan kakap akan menuju daerah habitat aslinya
jiak akan memijah yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur yang menetas akan
beruaya menuju pantai dan larvanya akan hidup di daerah yang bersalinitas 29-30
ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka ikan kakap putih tersebut akan beruaya
ke air payau (kurnia,
1999).
Selain di
air laut dan payau, ikan kakap putih juga dapat hidup di air tawar. Larva ikan
kakap dapat di temukan di perairan tawar seperti di sawah dan danau. Pernah
ditemukan ikan kakap putih di temukan di sungai Bengawan Solo sampai sejauh 200
km dari pantai. Di sungai Kattiong, Langnga, Pinrang, Sulawesi Selatan pernah
di jala ikan kakap putih berukuran panjang 107 cm dan berat 40 kg. Hal ini
menunjukkan bahwa ikan kakap dapat juga di pelihara di air tawar (Budi, 2009).
2.1.8 Sifat Hidup
dan Pemijahan
Ikan kakap
merah biasanya hidup secara soliter atau menyendiri, ikan ini
dilengkapi dengan gigi tajam yang merupakan adaptasi tingkah laku terhadap
makannya dengan tujuan agar mangsa tidak mudah lepas. Ikan kakap merah dewasa
umumnya berwarna merah gelap pada punggungnya dan berwarna merah pudar pada
bagian perutnya (Gunarso, 1995 dalam Wontek, R. 2012).
Ikan kakap
merah tergolong jenis ikan diecious/ biseksual yaitu ikan yang
tidak dijumpai perbedaan antara jantan dan betina secara visual, baik dalam hal
struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksi ikan kakap merah
yaitu hermaprodit protandri, dimana pada waktu muda ikan ini
berjenis kelamin jantan dan pada masa tua berjenis kelamin betina. Ikan
kakap merah rata-rata mencapai tingkat kedewasaan pertama saat panjang tubuhnya
telah mencapai 41–51% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum.
Ikan kakap
merah jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari pada
betina, biasanya ikan yang siap memijah akan muncul ke permukaan pada waktu
senja atau malam hari di bulan gelap (antara tanggal 25-30 kalender Hijriah)
pada suhu air antara 22oC - 25ºC. Pada saat proses pemijahan secara
alami, induk jantan akan mengambil inisiatif yang diawali dengan menyentuh dan
menggesekkan tubuh pada salah satu induk betina. Setelah itu baru induk jantan
yang lain ikut bergabung, memutari induk betina membentuk spiral sambil melepas
gamet sedikit di bawah permukaan air. Selain pemijahan secara alami dapat juga
menggunakan pemijahan secara buatan yaitu dengan metode rangsang hormonal
secara injeksi atau dengan implantasi (Kungvankij, et al.
1986 dalam Kadarwati, L. 1997).
Ikan kakap
merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur maksimumnya berkisar antara
15-20 tahun dibandingkan yang berukuran kecil, ikan ini umumnya menghuni
perairan dangkal hingga kedalaman 60-100 meter di bawah permukaan laut
(Gunarso, 1995dalam Wontek, R. 2012).
BAB
III
METODELOGI
3.1
waktu dan tempat
Pembesaran
ikan kakap putih dilakukan di daerah jalan syiah kuala desa lamdingin banda
aceh, dimulai pada tanggal 6 oktober 2013- 14 junuari 2014 , praktikum ini baru
berjalan selama 2 bulan di lokasi pembesaran ikan kakap putih.
3.2
Alat dan bahan
No
|
Alat-alat dan
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Ph
meter
|
1 unit
|
2
|
DO
|
1 unit
|
3
|
Refracto
meter
|
1 unit
|
4
|
Pisau
|
2 unit
|
5
|
Parang
|
1 unit
|
6
|
Piber
penyimpan pakan
|
3 unit
|
7
|
Perlengkapan
tulis
|
secukupnya
|
8
|
Timbangan
|
1 unit
|
9
|
Perlengkapan
penerang di tambak (listrik)
|
secukupnya
|
10
|
Senter
|
1 unit
|
11
|
Anco
penangkap ikan sampel
|
1 unit
|
12
|
Serok
|
2 unit
|
13
|
Happa
|
2 unit
|
14
|
Gunting
|
4 unit
|
15
|
Tali
plastik
|
1 gulungan
|
16
|
Benih
kakap
|
800 ekor
|
17
|
Ikan
rucah
|
secukupnya
|
Tabel 3.1 alat dan bahan
3.3 Metode kerja.
3.3.1. Penyiapan lahan
Ø Dikeringkan
air didalam tambak sampai nampak tanah dasar.
Ø Dijemur
dasar tambak selama 3 hari
Ø Dimasukan
kembali air kedalam tambak sampai ketinggian 70 cm
3.3.2. penebaran benih kakap putih.
Ø Diletakkan
kertas peking yang berisi benih kakap di atas permukaan air untuk aklimatisasi.
Ø Dibiarkan
peking berisi ikan diatas permukaan air selama 15 menit agar suhu air didalam
dan di luar peking sama.
Ø Dibuka
tutup kertas paking yang sudah 15 menit dan mulut kertas paking di tenggelamkan
setengah diatas permukaan air.
Ø Dibiarkan
sampai ikan keluar semua dari kertas peking.
Ø Dibuang
peking yang telah kosong.
3.3.3. Pemberian pakan.
Ø Diambil
ikan rucah yang telah di sediakan
Ø Dipisahkan
ikan dari tulang dan di cincang daging ikan rucah.
Ø Ditimbang
berat daging ikan rucah yang akan diberikan untuk ikan kakap putih.
Ø Dicatat
jumlah timbangan di buku catatan
Ø Digumpalin
daging ikan rucah sampai berbentuk bola dan di tebarkan keatas permukaan air
didalam kolam ikan kakap.
Ø Diberikan
pakan sampai ikan sekenyang-kenyang nya.
3.3.4. Sampling ikan kakap
Ø Ditangkap
ikan dengan anco yang diletakkan di dalam kolam
Ø Di
tunggu selama 5 menit sampai suasana air tenang dan ikan datang.
Ø Diangkat
anco secara cepat supaya ikan kakap tidak lari dari anco.
Ø Diambil
ikan didalam anco dan diletakkan di atas timbangan digital
Ø Diukur
panjang ikan kakap secara keseluruhan (panjang total)
Ø Di
catat hasilnya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
4.1 Kualitas air tambak
Tanggal
|
Waktu
(WIB)
|
Suhu
(ºC)
|
DO
(Mg/l)
|
pH
|
Salinitas
(Ppt)
|
06.11.2013
|
13.15
|
32
|
17
|
8,4
|
30,19
|
08.11.2013
|
15:38
|
30,6
|
27.8
|
8,28
|
31,6
|
26.11.2013
|
09:00
|
24
|
15
|
8,2
|
33,6
|
04.12.2013
|
09:15
|
24
|
Alat
rusak
|
Alat
rusak
|
33,3
|
11.12.2013
|
09.00
|
30
|
11,5
|
Alat rusak
|
31,3
|
02.01.2014
|
16:00
|
26
|
13
|
8
|
34
|
16.01.2014
|
10.00
|
23
|
17
|
7.2
|
33.5
|
Tabel
4.2 Pertumbuhan Ikan
No
|
HARI
KE-
|
Jumlah sampel
|
Berat (Wt-W0)
|
W
(gr)
|
SGR
(%)
|
1
|
10
|
15
|
5,13
|
-
|
|
2
|
25
|
15
|
17
|
11,87
|
8
|
3
|
45
|
15
|
32,2
|
15,2
|
3.2
|
4
|
61
|
30
|
42,5
|
10,3
|
1,6
|
5
|
71
|
100
|
81,69
|
71,39
|
7
|
Pertumbuhan
mutlak ikan kakap putih Wt-W0 = 81,69 - 5,13 = 76,56 gr
Tabel
4.3 Biaya Investasi Pembesaran Ikan Kakap Putih
No
|
Jenis Alat
|
Jumlah
|
Harga Satuan
(Rp)
|
Total biaya (Rp)
|
Penyusutan (10%)
|
1
|
Instalasi Listrik
|
|
500.000
|
500.000
|
50.000
|
2
|
Parang
|
2 buah
|
35.000
|
70000
|
7.000
|
3
|
Senter
|
1 unit
|
110.000
|
110000
|
11.000
|
4
|
Saok
|
1 unit
|
10.000
|
10000
|
1.000
|
5
|
Tambak
|
20*40m
|
1.500.000
|
1500000
|
150.000
|
6
|
Sterofoam
|
1
|
40.000
|
40000
|
4.000
|
7
|
Gunting
|
2
|
10.00
|
20.000
|
2.000
|
TOTAL
|
2.250.000
|
225.000
|
Tabel
4.4 Biaya Operasional Pembesaran Ikan Kakap Putih
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
Harga Satuan (Rp)
|
Total Biaya 2 bulan (Rp)
|
Total Biaya 4 bulan (Rp)
|
1
|
Bibit
|
800 ekor
|
1.200
|
960.000
|
960.000
|
2
|
Ikan Rucah
|
disesuaikan
|
|
1.102.000
|
4.408.000
|
3
|
Pelet
|
1 kg
|
15.000
|
150.000
|
150.000
|
4
|
Transfortasi
|
|
400.000
|
700.000
|
700.000
|
5
|
Sewa Mesin
|
2 kali
|
|
300.000
|
600.000
|
6
|
Tali Rafia
|
1 gulung
|
15.000
|
15.000
|
15.000
|
7
|
Es Balok
|
disesuaikan
|
1S.000
|
52.000
|
208.000
|
|
Lain-lain
|
|
|
200.000
|
500.000
|
TOTAL
|
3.344.000
|
7.541.000
|
Tabel
4.5 Rincian Kelayakan Usaha
No
|
ANALISIS
|
NILAI
|
1
|
Total Biaya
|
Rp 7.766.000
|
2
|
Penerimaan
|
Rp 14.400.000.000
|
3
|
Laba Operasional
|
Rp 14.392.459.000
|
4
|
Laba
Bersih Sebelum Pajak
|
Rp 14.392.234.000
|
5
|
Laba Bersih Dalam 1 Kali Panen
|
Rp 14.392.234.000
|
6
|
Arus
kas
|
Rp 14.392.459.000
|
7
|
R/C
|
1.854
|
8
|
Jangka
Waktu Pengembalian
|
0,00068
|
9
|
BEP Minimum Biomassa Panen
|
155,32 Kg
|
10
|
BEP
Minimum Harga
|
Rp. 10786,11
|
4.2
Pembahasan.
Pembesaran
ikan kakap yang kami lakukan di jalan makam syiah kuala desa gano, lamdingin
banda aceh dengan letak kolam kami sangat strategis yaitu dekat dengan jalan
raya sehingga memudahkan kami untuk melakukan transportasi saat pemanenan serta
dilengkapi dengan rumah jaga yang bisa kami gunakan sebagai tempat menyimpan
pakan, perlatan untuk penunjangpembesaran ikan kakap dan untuk tempat singgahan
saat penjagaan tambak pada malam hari. Sebelum kami melakukan pembesaran ikan
kakap kami melakukan persiapan kolam dengan cara pengeringan air kolam selama 3
hari dan setelah 3 hari kami memasukkan kembali air ke kolam dan kami biarkan
selama 2 hari untuk mengendapkan. Lalu setelah 2 hari kami endapkan barulah
benih ikan kakap kami tebar yang kami peroleh dari aceh utara dan kami langsung
mengambil benih sendiri ke tempat produksinya. Benih yang telah sampai ke
tambak yang kami bawa dari aceh utara sampai ke desa gano ladingin jam 10 malam
dan di aklimatisasi selama 15 menit. Setelah 15 menit maka mulut peking di buka
di tenggelamkan setengan nya kedalam air dan kami memmbiarkan ikan keluar semua
secara serentak. Benih yang eluar dari kertas paking semua selama 47 menit dan
selesai dilepas semua benih pada jam 11:15 Wib. Benih yang kami miliki berukuran
3 inchie dengan panjang rata-rata.
Kualitas
air didalam tabak selalu kami ukur dengan alat-alat yang telah ditentukan
seperti ph, DO, salinitas, kecerahan. Dimana kualitas air yang kami miliki dari
awal pemasukan benih sampai ahir semuanya netral dan tidak jauh berubah. Saya
juga sering mengganti air kolam selama 1 minggu 1 kali dan penaikan air
biasanya pada jam 10.00 malam sampai jam 12.00 wib. Untuk pengeringan air di
tambak saya lakukan jam 4 sore sampai jam 6:40 wib karena air masih dalam
kondisi air surut.
Pengontrolan
tambak sering saya lakukan ketika penjagaan tambak pada malam hari dan selama 1
-2 jam 1 kami saya mengelilingi tambak untuk mengecek kondisi tambak sehingga
tambak bisa dikendalikan dari maling di hama lainnya seperti burung hantu dan
predator lainnya. Selain dari itu saya juga sering menjala pada malam hari
ketika pakan ikan kurang di alu-alur di pinggir tambak walau tidak terlalu
banyak namun bisa mengurangi kanibalisme sesama ikan di tambak.
Pakan
adalah faktor utama yang sangat berperan dalam pertumbuhan ikn kakap. Untuk
mencapai pertumbuhan tumbuh yang optimal maka pakan harus di sediakan setiap
saat dan disini kami memberikan pakan ikan rucah. Tujuan kami memberikan pakan
ikan rucah untuk menghemat biyaya serta mempercepat pertumbuhan ikan kakap
dikarenakan jumlah protein didalam ikan rucah lebih tinggi dari pada pellet.
Pakan ikan rucah saya dapatkan dari lampulo serta beberapa orang penjual ikan
dan beberapa orng toke bangku ikan di lampulo. Untuk menghemat biyaya saya
mencoba mengutip sendiri hasil limbah dari mereka buang dan disatukan dalam
satu kantong plastik untuk di bawa ke tambak. Selain dari usus ikan saya juga
mengutamakan ikan rucah yaitu ikan yang tidak bisa di konsumsi lagi dan saya
beli untuk pakan. ikan rucah yang kami beri yaitu berat bersih yang sudah
dipisahkan dari tulang dan hanya daging saja yang kami berikan. Pakan yang di
berikan pada ikan dengan cara pemberian pakan sekenyang kenyangnya dan waktu
pemberian pakan pagi jam 8.00 serta sore
jam 5.00 wib.
Dari
hasil pemberian pakan selama beberapa minggu maka kami melakukan sampling
dimana hasil dari sampling dari minggu ke 1 berbeda dengan minggu ke2 dengan
meningkat pertumbuhan. Angka pertumbuhan panjang dan berat jelas terlihat
seperti tabel yang telah tertera di atas pada tabel yaitu tanggal 1 desember
2013 pertumbuhan ikan kakap kami meningkat pesat karena jumlah pakan tersedia banyak sehingga pakan
yang kami berikan untuk ikan tercukupi namun pada sampling ke selanjutnya pada
tabel tanggal 16 januari 2014 pertumbuhan ikan kami tidak berkembang pesat dan
sedikit terhambat dikarenakan dua faktor yang menghambat pada tanggal 16 januari
2014 data yang kami ambil tidak falid dikarenakan jumlah air didalam kolam
terlalu banyak sehingga yang tertangkap dengan anco hanya yang kecil-kecil saja
dan ikan yang besarnya ikan main di tengah kolam dan tidak ke pnggir lagi. faktor
yang ke dua ikan yang kami anco susah didapat karena ikan kami liar dan tidak
terlalu jinak. Namun pada saat sampling terahir kemarin pada tanggal 16 Januari
2014 terbukti bahwa ikan kami tidak sekecil seperti minggu kemarin karena kami
menangkap semua ikan di kolam dengan pukat mini yang kami pinjam di tempat pak
imam desa. Ikan yang kami dapatkan lebih besar-besar dan ada 1 ekor mencapai
berat 183 gram dengan hasil rata-rata kami dapatkan pada berat ikan 81,69 gr dengan panjang 17,35 cm. Disini bisa kita lihat
bahwa data kemarin yang kami peroleh adalah hasil dari kesalahan sampling. Oleh
sebab itu kami mencoba samplik lebih detil dengan mengabil semua ikan di kolam
untuk mengetahui ukuran dan jumlah ikan semua di kolam pembesaran. Dari hasil
perhitungan apabila ikan kakap ini kami jual kami juga mendapatkan keuntungan
tetapih tidak besar keuntungan yang kami dapat karena ukuran yang tidak
seragam. Oleh sebab itu kami melanjutkan pembesaran ikan kakap yang kami punya
sampai ukuran konsumsi untuk kami jual walaupun praktikum sudah berahir namum
kami masih bisa untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak lagi di pembesaran
ikan kakap.
BAB
V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Ø Pembesaran
ikan kakap putih kami lakukan di jalan makam syiah kuala desa ganoe lamdingin
banda aceh untuk melengkapi syarat lulus mata kuliah pembesaran ikan.
Ø Pertumbuhan
ikan kakap dari awal terus meningkat karena pakan yang tersedia tidak semua
tercukupi maka pertumbuhan ikan kakap yang kami pelihara tidak tumbuh dengan
baik.
Ø Hasil
sampling pada minggu sebelumnya ikan kakap kami berukuran sangat kecil-kecil
karena saat melakukan sampling hanya ikan yang kecil-kecil tertangkap karena
banyak nya air di dalam tambak dan ikan yang besar semua main di tmpat kolam
yang dalam.
Ø Hama
dan penyakit sering menjadi masalah dalam bidang budidaya namun kami bia
mengendalikan dengan cara mengontrol setiap saat.
Ø Sampling
terahir pada tanggal 16 januari 2014 disitu kamu mendapatkan nilai yang
sesungguhnya, dengan cara kami menangkap ikan semua di kolam dan pada minggu
lalu jelas bahwa data kami hasil dari kesalahan sampling.
5.2 Saran.
Semoga
kami di beri nilai yang bagus oleh bapak khususnya untuk kelompok saya yang
sudah berusaha semaksimal mungkin karena semerte 7 ini terahir mata kuliah dan
saya ingin menyelesaikan dengan cepat strata 1 saya ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Batara, R. J. 2008. Deskripsi
Morfologi Cacing Nematoda Pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus
gouramy) dan Ikan Kakap Merah (Lutjanus spp). Laporan Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Budi.
2009. Perkembangan Rekayasa Teknologi Pembenihan Kakap Putih (Lates
calcarifer, Bloch) di Balai Budidaya Laut Lampung,
Ditjen Perikanan, Lampung.
Ismi,
S. 2005. Kultur Plankton Untuk Penyediaan Pakan Alami Pada Pembenihan Ikan
Kerapu. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali.
Kordi.
2002. Penyakit Viral dalam dalam Pengelolaan Kesehatan Ikan Budidaya
Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. DKP. Lampung. Halaman 53-63.
Kadarwati, Lusia. 1997. Pengaruh
Perbedaan Kepadatan Larva Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Kakap Merah
(Lutjanus argentimaculatus forsskal) Umur 1-5 Hari. Laporan Skripsi. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Kadarwati, Lusia. 1997. Pengaruh
Perbedaan Kepadatan Larva Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Kakap Merah
(Lutjanus argentimaculatus forsskal) Umur 1-5 Hari. Laporan Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Kurnia.
1999. Nutrisi dan Teknik Pembuatan Pakan Ikan Kakap Putih dalam Budidaya
ikan Kakap Putih (Lates carcarifer, Bloch.) di Karamba Jaring Apung. Departemen
Pertanian. Balai Budidaya Laut Lampung.Lampung. 65 Halaman.
Rusyani.
2004. Teknik Kultur Pakan Alami dalam Pembenihan Ikan Kerapu. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai
Budidaya Laut Lampung. Bandar Lampung. Halaman 51.
Supria dan Ruswantoro. 2011. Pemijahan
dan Pemeliharaan Larva dan Benih Kakap Merah Lutjanus argentimaculatus.
Buletin Budidaya Laut No. 22. Pesawaran. Lampung.
Murtidjo,
2001.
Biologi dan Budidaya Kakap Putih (Lates calcarifer) INFISH Manual seri No. 47.
Ditjen Perikanan-International Development Research Centre. Jakarta.
Priyadi, A., Rendy Ginanjar., Asep
Permana., dan Jacques Slembrouck., 2009. Tingkat Densitas Larva Botia
(Chromobotia macracanthus) dalam Satuan Volume Air pada Akuarium Sistem
Resirkulasi. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok
Setiawan, adi. 2011. Pembesaran
Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) dalam Keramba Jaring Apung di Balai
Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Laporan Tugas Akhir.
Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.
Said, 2007.. 2001. Pembenihan
Kakap Putih (Lates calcariver, Bloch) Skala Rumah Tangga (HSRT-Hatchery Skala
Rumah Tangga) dalam www.ristek.go.id (2007).Jakarta.
Sarwono,
1970. Pembenihan Ikan Kerapu. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung.
106 Halaman
Wontek, R .2012. Makanan
dan Kebiasaan Makan. http://dunia-budidaya.blogspot.com/2009/07/makanan-dan-kebiasaan-makan.html.
8 Agustus 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar