Senin, 24 Oktober 2016

Teknis pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch).

PEMBESARAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer, Bloch) DI DESA GANOE LAMDINGIN BANDA ACEH.

Disusun oleh:
Nama                   : kamarullah
Nim                      : 1011102010011
Jurusan               : budidaya perairan
Kelompok           : 1 ( satu )
 Image result for lambang unsyiah

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
KOORDINATORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM
BANDA ACEH
2014



KATA PENGANTAR


Puji syukur atas rahmat dan nikmat ALLAH SWT yang telah di berikan kemudahan kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Salawat dan salam tak lupa pula kita sanjungkan ke pangkuan nabi kita yaitu nabi Muhammad SWA, yang telah membawa kita dari jaman jahiliah hingga jaman islamiah ,dari jaman kebodohan hingga jaman menyembah allah SWT. Atas rahmat allah SWT kami dapat menyelesaikan laporan praktikum pembesaran ikan kakap di desa gano lamdingin banda aceh.
Laporan yang saya buat ini , saya merasa sudah benar . walau sudah benar kritik dan saran sangat saya harapkan, untuk menambah wawasan dalam membuat laporan kedepan  nya nanti. Semoga laporan saya ini dapat bermamfaat bagi yang membacanya .


Darussalam 16 januari2014

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
1.1    Pendahuluan ........................................................................................................... 1
1.2    Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II DASAR TEORI .................................................................... 2
BAB III METODELOGI................................................................... 8
3.1 Waktu dan tempat.................................................................................................... 8
3.2 Alat dan bahan......................................................................................................... 8
3.3 Metode kerja............................................................................................................. 8
BAB IV HASIN DAN PEMBAHASAN............................................ 10
4.1 Hasil ......................................................................................................................... 10
4.2 Pembahasan ............................................................................................................. 24
BAB V PENUTUP.............................................................................. 27
5.1 Kesimpulan............................................................................................................... 27
5.2 Saran......................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 alat dan bahan........................................................................................... 8
Tabel 4.1 Kualitas air tambak................................................................................... 10
Tabel 4.2 Pertumbuhan Ikan.................................................................................... 10
Tabel 4.3 Biaya Investasi Pembesaran Ikan Kakap Putih..................................... 11
Tabel 4.4 Biaya Operasional Pembesaran Ikan Kakap Putih................................ 11
Tabel 4.5 Rincian Kelayakan Usaha........................................................................ 12



 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  latar belakang.
          Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang.
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) atau lebih dikenal dengan nama seabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah di hasilkan dari usah pemeliharaan (budidaya). Salah satu faktor selama ini yang menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup.
Ikan kakap yang kami lakukan pembesaran terletak di daerah jalan syiah kuala, lamdingin banda aceh. Pembesaran yang kami lakukan adalah untuk memperaktek kan ilmu teori yang selama ini kami dapatkan di ruang kuliah dan untuk menuntaskan mata kuliah pembesaran ikan. Selain dari itu kami juga mendapatkan pengalaman yang telah kami lakukan selama 2 bulain terahir ini sehingga banyak hal yang kami dapatkan selama praktek pembesaran ikan kakap di kolam.

1.2 Tujuan.
Supaya mahasiswa bisa memperaktekkan dari teori selama ini didapat di kampus dan bisa mempraktekkan di lapangan serta menambah wawasan bagi mahasiswa yang melakukan praktek.










BAB II
DASARTEORI
2.1.1 Biologi Ikan Kakap Putih
Ikan kakap yang populer disebut predator ( pemangsa ) merupakan komoditas yang dapat dibudidayakan di tambak maupun dalam keramba. Ikan kakap dibedakan menjadi dua jenis yang masing-masing didentifikasi dengan nama ikan kakap merah dan ikan kakap putih. Ikan kakap merah ( Lutjanus sanguineus ) dan ikan kakap putih ( Lates calcafier ) bukan dari suku yang sama. Ikan kakap merah berasal dari suku Lutjanidae sedangkan ikan kakap putih dari suku Centropemidae. Praktek budidaya dalam tambak atau dalam keramba ternyata yang dapat dibudidayakan adalah ikan kakap putih karena ikan kakap merah hanya sanggup hidup di laut, air payau atau air tawar. (Murtidjo, 2001)
Ikan kakap mempunyai banyak nama, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Misalnya di Jawa Tengah dan di Jawa Timur., orang-orang menyebutnya pelak, petehan, tetahan, cebeh dan cabik. Di Madura disebut dengan sebutan dubit, tekong, cakong atau cateh, di Sulawesi Selatan dikenal dengan nama talungsar, pica-pica, ganja atau kaca-kaca dan diluar negeri umumnya dosebut dengan sebutan giant seaperch, tetapi di Asia Tenggara lebih dikenal dengan nama seabass, dan untuk dinegara lain disebut dengan sebutan  white seabass, silver seaperch, giant perch, palmer, coo-up, two finned seabass dan lain-lainnya. (Rusyani. 2004).
Ikan kakap dewasa memiliki mata merah yang jelas dan bening., mulutnya lebar sebagai ciri ikan pemangsa dengan posisi sedikit serong dan geligi halus. Warna bagian punggung biru kehijauan atau keabu-abuan dengan sirip abu-abu gelap. Bagian bawah sebelum penutup insang tumbuh duri kuat dan bagian atas penutup insang terdapat cuping bergerigi. (Ismi, 2005).
Ikan kakap putih (Lates calcalifer) bila di dalam air akan kelihatan cokelat tua atau kehitaman, tetapi bila diamati secara cermat akan kelihatan ada warna putih atau keperakan yang dominan, terutama pada bagian diperut.
  
Gambar. Ikan kakap putih ( Lates calcarifer )

 Image result for gambar ikan kakap putih



2.1.2.   Klasifikasi Ikan Kakap Putih.
Jenis ikan kakap di Indonesia sangat banyak. Dari begitu banyak jenis ikan kakap di Indonesia ada tiga suku yang cukup di kenal oleh masyarakat, yakni suku Lutjanidae, Labotidae, dan Centropomidae. Ketiga suku ikan kakap ini hidup di alam yang berbeda beda. Suku Lutjanidae habitatnya di air laut, suku Labotidae habitatnya di air payau dan suku Centropomidae memiliki habitat yang luas yaitu dapat hidup di air laut, payau dan tawar. Ikan kakap putih termasuk ke dalam suku Centropomidae sehingga ikan kakap putih dapat dibudidayakan di KJA dan tambak (Said, 2007).

Ikan kakap putih diberi nama oleh M.E Bloch pada tahun 1790. Klasifikasi ikan kakap putih tersebut yaitu :
Phylum            : Chordata
Sub phylum     :Vertebrata
Kelas               : Pisces
Ordo                : Percomorphi
Famili              : Centropomidae
Genus              : Lates
Species            : Lates calcalifer, BLOCK.
2.1.3.   Morfologi Ikan Kakap Putih.
Ikan buas, hal ini dapat di lihat dari bentuk mulutnya. Ikan kakap putih memiliki mulut yang lebar dengan gigi halus yang tajam. Rahang bawah ikan kakap lebih maju di bandingkan rahang atasnya. Itu membuktikan bahwa ikan kakap putih ini pemakan daging atau karnivora (Sudjiharno, 1999).
Ikan kakap juga seperti ikan lainnya memiliki sirip. Sirip ekor ikan kakap putih berbentuk bulat. Ikan kakap putih memiliki sirip punggung berjari jari keras, kuat dan kaku. Jari jari siripnya terdiri dari 3 jari keras dan 7-8 jari lunak pada sirip punggungnya. Sedangkan sirip yang lainnya tidak ada menunjukkan ciri ciri khusus jika di bandingkan dengan ikan lainnya (Mulyono, 2011).
Dilihat dari matanya ikan kakap juga memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan ikan yang lainnya yang mempunyai mata berwarna hitam. Perbedaannya adalah warna mata ikan kakap putih berwarna merah terang. Mata ikan kakap putih lebih kecil di bandingkan ikan kakap lainnya (Chalik dkk, 2005).
Tubuh ikan kakap putih memanjang dan gepeng dengan pangkal sirip ekor melebar. Tulang rahang atas melewati mata sebelah belakang sedangkan rahang bawahnya lebih menonjol ke depan dari rahang atasnya. Bentuk kepala tirus ke depan. Warna tubuhnya perak keabuabuan sewaktu dewasa, pada waktu masih burayak warnanya gelap (1-2 bulan), kemudian akan terang setelah menjadi gelondongan (3-5 bulan). Ukuran maksimalnya dapat mencapai 170 cm (Kordi, 2010). Sedangkan sirip yang lainnya tidak ada menunjukkan ciri ciri khusus jika di bandingkan dengan ikan lainnya (Mulyono, 2011).
Dilihat dari matanya ikan kakap juga memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan ikan yang lainnya yang mempunyai mata berwarna hitam. Perbedaannya adalah warna mata ikan kakap putih berwarna merah terang. Mata ikan kakap putih lebih kecil di bandingkan ikan kakap lainnya (Chalik dkk, 2005). Tubuh ikan kakap putih memanjang dan gepeng dengan pangkal sirip ekor melebar. Tulang rahang atas melewati mata sebelah belakang sedangkan rahang bawahnya lebih menonjol ke depan dari rahang atasnya. Bentuk kepala tirus ke depan. Warna tubuhnya perak keabuabuan sewaktu dewasa, pada waktu masih burayak warnanya gelap (1-2 bulan), kemudian akan terang setelah menjadi gelondongan (3-5 bulan). Ukuran maksimalnya dapat mencapai 170 cm (Kordi, 2010).
        2.1.4 Kebiasaan makan.
    Menurut Effendi (1997) dalam Priyadi, A., dkk (2009), pakan merupakan faktor pengendali yang penting dalam menghasilkan sejumlah ikan disuatu perairan Adapun pengaruh pakan diantaranya : sebagai faktor yang menentukan bagi populasi untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu perairan tersebut. Di alam, banyak terdapat berbagai jenis makanan yang tersedia bagi ikan, tentunya setiap ikan telah memiliki selera dan kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan morfologi dan adaptasi yang telah dilakukan oleh ikan tersebut (Nikolsky, 1963 dalamKadarwati, L. 1997).
Menurut Effendi (1997) dalam Priyadi, A., dkk (2009), kebiasaan makan (food habit) berhubungan dengan jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) berhubungan dengan waktu, tempat dan bagaimana cara ikan memperoleh makanannya. Effendi (1997) dalam Priyadi, A., dkk (2009) menambahkan bahwa faktor- faktor yang menentukan jenis ikan memakan suatu organisme adalah ukuran, ketersediaan, warna, rasa, tekstur makanan dan selera ikan terhadap makanan. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu.
Jenis ikan kakap putih termasuk ikan carnivor. Ikan ini merupakan predator yang senantiasa aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Aktivitas ikan nocturnal tidak seaktif ikan diurnal atau ikan yang aktif pada waktu siang hari. Pergerakan ikan nocturnal  cenderung lambat ataupun pasif, adapun arah pergerakannya tidak seluas ikan diurnal. Diduga ikan nocturnal lebih banyak menggunakan indra perasa dan penciuman dibandingkan indra penglihatannya. Bola mata yang besar menunjukkan ikan nocturnal menggunakan indra penglihatannya untuk ambang batas intensitas cahaya tertentu, tetapi tidak untuk intensitas cahaya yang kuat (Iskandar dan Mawardi, 1997dalam Wontek, R. 2012).
Ikan kakap putih lebih suka memangsa jenis-jenis ikan yang berukuran lebih kecil dari pada ukuran tubuh ikan tersebut. Adapun jenis-jenis makanannya  berupa crustacea, gastropoda serta berbagai jenis plankton namun utamanya adalah urochordata. Pada umumnya kakap merah yang berukuran besar baik panjang maupun tinggi tubuhnya, memangsa jenis-jenis ikan maupun invertebrata berukuran lebih kecil dari pada ukuran bukaan mulutnya yang berada didekat permukaan di sekitar perairan karang. Jenis kakap merah ini biasanya menempati daerah perairan pantai berkarang hingga kedalaman 100 meter (Sunyoto dan Mustahal, 2002 dalam Batara, R. J. 2008).
2.1.6 Jenis pakan
Pakan yang digunakan pada pemeliharaan ikan kakap merah secara umum adalah ikan rucah seperti kuniran, selar, tanjan dan kurisi (Supria dan Ruswantoro, 2011). Pakan yang diberikan haruslah sesuai dengan bukaan mulut dan kandungan nutrisinya diperlukan dalam proses perkembangan gonad ikan. Namun penggunaan ikan rucah sebagai pakan ikan kakap merah memiliki beberapa kelemahan yaitu : ketersediaan pakan tidak kontinyu, memerlukan waktu dan tenaga untuk penyiapan, mutu pakan tidak terjamin, mempunyai resiko terhadap penularan penyakit. 
Kualitas ikan rucah yang jelek ditandai dengan ikan yang membusuk, bau yang tidak sedap. Ikan yang telah terkontaminasi sebaiknya tidak digunakan sebagai pakan. Kelebihan Ikan rucah segar diantaranya mempunyai kualitas nutrisi yang lebih baik dari pada ikan rucah yang dibekukan, akan tetapi memiliki resiko sebagai penularan bibit penyakit (Sutarma, dkk., 2004 dalam Setiawan, Adi. 2011).
2.1.7   Habitat Asli Ikan Kakap Putih.
Ikan kakap putih sebenarnya adalah ikan liar yang hidup di laut. Namun setelah di lakukan penelitian ikan kakap putih memiliki habitat yang sangat luas. Ikan kakap putih dapat hidup di daerah laut yang berlumpur, berpasir, di ekosistem mangrove. Nelayan sering mendapatkan ikan kakap putih ketika melaut. Ikan kakap yang hidup di laut lebih besar ukurannya di bandingkan yang di pelihara di air payau atau di air tawar. Hal itu mungkin di sebabkan karena makanannya banyak di habitat aslinya (Kordi, 2002).
Ikan kakap juga dapat hidup di air payau. Ikan kakap akan menuju daerah habitat aslinya jiak akan memijah yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur yang menetas akan beruaya menuju pantai dan larvanya akan hidup di daerah yang bersalinitas 29-30 ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka ikan kakap putih tersebut akan beruaya ke air payau (kurnia, 1999).
Selain di air laut dan payau, ikan kakap putih juga dapat hidup di air tawar. Larva ikan kakap dapat di temukan di perairan tawar seperti di sawah dan danau. Pernah ditemukan ikan kakap putih di temukan di sungai Bengawan Solo sampai sejauh 200 km dari pantai. Di sungai Kattiong, Langnga, Pinrang, Sulawesi Selatan pernah di jala ikan kakap putih berukuran panjang 107 cm dan berat 40 kg. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kakap dapat juga di pelihara di air tawar (Budi, 2009).
2.1.8 Sifat Hidup dan Pemijahan
Ikan kakap merah biasanya hidup secara soliter atau menyendiri, ikan ini dilengkapi dengan gigi tajam yang merupakan adaptasi tingkah laku terhadap makannya dengan tujuan agar mangsa tidak mudah lepas. Ikan kakap merah dewasa umumnya berwarna merah gelap pada punggungnya dan berwarna merah pudar pada bagian perutnya (Gunarso, 1995 dalam Wontek, R. 2012).
Ikan kakap merah tergolong jenis ikan diecious/ biseksual yaitu ikan yang tidak dijumpai perbedaan antara jantan dan betina secara visual, baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksi ikan kakap merah yaitu hermaprodit protandri, dimana pada waktu muda ikan ini berjenis kelamin jantan dan pada masa tua berjenis kelamin betina. Ikan kakap merah rata-rata mencapai tingkat kedewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41–51% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum.
Ikan kakap merah jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari pada betina, biasanya ikan yang siap memijah akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan gelap (antara tanggal 25-30 kalender Hijriah) pada suhu air antara 22oC - 25ºC. Pada saat proses pemijahan secara alami, induk jantan akan mengambil inisiatif yang diawali dengan menyentuh dan menggesekkan tubuh pada salah satu induk betina. Setelah itu baru induk jantan yang lain ikut bergabung, memutari induk betina membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air. Selain pemijahan secara alami dapat juga menggunakan pemijahan secara buatan yaitu dengan metode rangsang hormonal secara injeksi atau dengan implantasi (Kungvankij, et al. 1986 dalam Kadarwati, L. 1997).
Ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur maksimumnya berkisar antara 15-20 tahun dibandingkan yang berukuran kecil, ikan ini umumnya menghuni perairan dangkal hingga kedalaman 60-100 meter di bawah permukaan laut (Gunarso, 1995dalam Wontek, R. 2012).


BAB III
METODELOGI

3.1 waktu dan tempat
Pembesaran ikan kakap putih dilakukan di daerah jalan syiah kuala desa lamdingin banda aceh, dimulai pada tanggal 6 oktober 2013- 14 junuari 2014 , praktikum ini baru berjalan selama 2 bulan di lokasi pembesaran ikan kakap putih.
3.2 Alat dan bahan
No
Alat-alat dan Bahan
Jumlah
1
Ph meter
1 unit
2
DO
1 unit
3
Refracto meter
1 unit
4
Pisau
2 unit
5
Parang
1 unit
6
Piber penyimpan pakan
3 unit
7
Perlengkapan tulis
secukupnya
8
Timbangan
1 unit
9
Perlengkapan penerang di tambak (listrik)
secukupnya
10
Senter
1 unit
11
Anco penangkap ikan sampel
1 unit
12
Serok
2 unit
13
Happa
2 unit
14
Gunting
4 unit
15
Tali plastik
1 gulungan
16
Benih kakap
800 ekor
17
Ikan rucah
secukupnya

Tabel 3.1 alat dan bahan
3.3 Metode kerja.
3.3.1. Penyiapan lahan
Ø  Dikeringkan air didalam tambak sampai nampak tanah dasar.
Ø  Dijemur dasar tambak selama 3 hari
Ø  Dimasukan kembali air kedalam tambak sampai ketinggian 70 cm

3.3.2. penebaran benih kakap putih.
Ø  Diletakkan kertas peking yang berisi benih kakap di atas permukaan air untuk aklimatisasi.
Ø  Dibiarkan peking berisi ikan diatas permukaan air selama 15 menit agar suhu air didalam dan di luar peking sama.
Ø  Dibuka tutup kertas paking yang sudah 15 menit dan mulut kertas paking di tenggelamkan setengah diatas permukaan air.
Ø  Dibiarkan sampai ikan keluar semua dari kertas peking.
Ø  Dibuang peking yang telah kosong.
3.3.3.  Pemberian pakan.
Ø  Diambil ikan rucah yang telah di sediakan
Ø  Dipisahkan ikan dari tulang dan di cincang daging ikan rucah.
Ø  Ditimbang berat daging ikan rucah yang akan diberikan untuk ikan kakap putih.
Ø  Dicatat jumlah timbangan di buku catatan
Ø  Digumpalin daging ikan rucah sampai berbentuk bola dan di tebarkan keatas permukaan air didalam kolam ikan kakap.
Ø  Diberikan pakan sampai ikan sekenyang-kenyang nya.
3.3.4. Sampling ikan kakap
Ø  Ditangkap ikan dengan anco yang diletakkan di dalam kolam
Ø  Di tunggu selama 5 menit sampai suasana air tenang dan ikan datang.
Ø  Diangkat anco secara cepat supaya ikan kakap tidak lari dari anco.
Ø  Diambil ikan didalam anco dan diletakkan di atas timbangan digital
Ø  Diukur panjang ikan kakap secara keseluruhan (panjang total)
Ø  Di catat hasilnya.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

 4.1 Hasil
Tabel 4.1 Kualitas air tambak
Tanggal
Waktu
(WIB)
Suhu
(ºC)
DO
(Mg/l)
pH
Salinitas
(Ppt)
06.11.2013
13.15
32
17
8,4
30,19
08.11.2013
15:38
30,6
27.8
8,28
31,6
26.11.2013
09:00
24
15
8,2
33,6
04.12.2013
09:15
24
Alat rusak
Alat rusak
33,3
11.12.2013
09.00
30
11,5
Alat rusak
31,3
02.01.2014
16:00
26
13
8
34
16.01.2014
10.00
23
17
7.2
33.5

Tabel 4.2 Pertumbuhan Ikan
No
HARI KE-
Jumlah sampel
Berat (Wt-W0)
W
(gr)
SGR
(%)
1
10
15
5,13
-

2
25
15
17
11,87
8
3
45
15
32,2
15,2
3.2
4
61
30
42,5
10,3
1,6
5
71
100
81,69
71,39
7

Pertumbuhan mutlak ikan kakap putih Wt-W0 = 81,69 - 5,13 = 76,56 gr





Tabel 4.3 Biaya Investasi Pembesaran Ikan Kakap Putih
No
Jenis Alat
Jumlah
Harga Satuan
(Rp)
Total biaya (Rp)
Penyusutan (10%)
1
Instalasi Listrik

500.000
500.000
50.000
2
Parang
2 buah
35.000
70000
7.000
3
Senter
1 unit
110.000
110000
11.000
4
Saok
1 unit
10.000
10000
1.000
5
Tambak
20*40m
1.500.000
1500000
150.000
6
Sterofoam
1
40.000
40000
4.000
7
Gunting
2
10.00
20.000
2.000

TOTAL
  
2.250.000
225.000

Tabel 4.4 Biaya Operasional Pembesaran Ikan Kakap Putih
No
Jenis
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Total Biaya 2 bulan (Rp)
Total Biaya 4 bulan (Rp)
1
Bibit
800 ekor
1.200
960.000
960.000
2
Ikan Rucah
 disesuaikan

1.102.000
4.408.000
3
Pelet
1 kg
15.000
150.000
150.000
4
Transfortasi

400.000
700.000
700.000
5
Sewa Mesin
 2 kali

300.000
600.000
6
Tali Rafia
1 gulung
15.000
15.000
15.000
7
Es Balok
 disesuaikan
1S.000 
52.000
208.000

Lain-lain


200.000
500.000
TOTAL


3.344.000
7.541.000

Tabel 4.5 Rincian Kelayakan Usaha
No
ANALISIS
NILAI
1
Total Biaya
Rp 7.766.000
2
Penerimaan
Rp 14.400.000.000
3
Laba Operasional
Rp 14.392.459.000
4
Laba Bersih Sebelum Pajak
Rp 14.392.234.000
5
Laba Bersih Dalam 1 Kali Panen
Rp 14.392.234.000
6
Arus kas
Rp 14.392.459.000
7
R/C
1.854
8
Jangka Waktu Pengembalian
0,00068
9
BEP Minimum Biomassa Panen
155,32 Kg
10
BEP Minimum Harga
Rp. 10786,11

4.2 Pembahasan.
Pembesaran ikan kakap yang kami lakukan di jalan makam syiah kuala desa gano, lamdingin banda aceh dengan letak kolam kami sangat strategis yaitu dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan kami untuk melakukan transportasi saat pemanenan serta dilengkapi dengan rumah jaga yang bisa kami gunakan sebagai tempat menyimpan pakan, perlatan untuk penunjangpembesaran ikan kakap dan untuk tempat singgahan saat penjagaan tambak pada malam hari. Sebelum kami melakukan pembesaran ikan kakap kami melakukan persiapan kolam dengan cara pengeringan air kolam selama 3 hari dan setelah 3 hari kami memasukkan kembali air ke kolam dan kami biarkan selama 2 hari untuk mengendapkan. Lalu setelah 2 hari kami endapkan barulah benih ikan kakap kami tebar yang kami peroleh dari aceh utara dan kami langsung mengambil benih sendiri ke tempat produksinya. Benih yang telah sampai ke tambak yang kami bawa dari aceh utara sampai ke desa gano ladingin jam 10 malam dan di aklimatisasi selama 15 menit. Setelah 15 menit maka mulut peking di buka di tenggelamkan setengan nya kedalam air dan kami memmbiarkan ikan keluar semua secara serentak. Benih yang eluar dari kertas paking semua selama 47 menit dan selesai dilepas semua benih pada jam 11:15 Wib. Benih yang kami miliki berukuran 3 inchie dengan panjang rata-rata.
Kualitas air didalam tabak selalu kami ukur dengan alat-alat yang telah ditentukan seperti ph, DO, salinitas, kecerahan. Dimana kualitas air yang kami miliki dari awal pemasukan benih sampai ahir semuanya netral dan tidak jauh berubah. Saya juga sering mengganti air kolam selama 1 minggu 1 kali dan penaikan air biasanya pada jam 10.00 malam sampai jam 12.00 wib. Untuk pengeringan air di tambak saya lakukan jam 4 sore sampai jam 6:40 wib karena air masih dalam kondisi air surut.
Pengontrolan tambak sering saya lakukan ketika penjagaan tambak pada malam hari dan selama 1 -2 jam 1 kami saya mengelilingi tambak untuk mengecek kondisi tambak sehingga tambak bisa dikendalikan dari maling di hama lainnya seperti burung hantu dan predator lainnya. Selain dari itu saya juga sering menjala pada malam hari ketika pakan ikan kurang di alu-alur di pinggir tambak walau tidak terlalu banyak namun bisa mengurangi kanibalisme sesama ikan di tambak.
Pakan adalah faktor utama yang sangat berperan dalam pertumbuhan ikn kakap. Untuk mencapai pertumbuhan tumbuh yang optimal maka pakan harus di sediakan setiap saat dan disini kami memberikan pakan ikan rucah. Tujuan kami memberikan pakan ikan rucah untuk menghemat biyaya serta mempercepat pertumbuhan ikan kakap dikarenakan jumlah protein didalam ikan rucah lebih tinggi dari pada pellet. Pakan ikan rucah saya dapatkan dari lampulo serta beberapa orang penjual ikan dan beberapa orng toke bangku ikan di lampulo. Untuk menghemat biyaya saya mencoba mengutip sendiri hasil limbah dari mereka buang dan disatukan dalam satu kantong plastik untuk di bawa ke tambak. Selain dari usus ikan saya juga mengutamakan ikan rucah yaitu ikan yang tidak bisa di konsumsi lagi dan saya beli untuk pakan. ikan rucah yang kami beri yaitu berat bersih yang sudah dipisahkan dari tulang dan hanya daging saja yang kami berikan. Pakan yang di berikan pada ikan dengan cara pemberian pakan sekenyang kenyangnya dan waktu pemberian pakan pagi jam 8.00  serta sore jam 5.00 wib.
Dari hasil pemberian pakan selama beberapa minggu maka kami melakukan sampling dimana hasil dari sampling dari minggu ke 1 berbeda dengan minggu ke2 dengan meningkat pertumbuhan. Angka pertumbuhan panjang dan berat jelas terlihat seperti tabel yang telah tertera di atas pada tabel yaitu tanggal 1 desember 2013 pertumbuhan ikan kakap kami meningkat pesat karena  jumlah pakan tersedia banyak sehingga pakan yang kami berikan untuk ikan tercukupi namun pada sampling ke selanjutnya pada tabel tanggal 16 januari 2014 pertumbuhan ikan kami tidak berkembang pesat dan sedikit terhambat dikarenakan dua faktor yang menghambat pada tanggal 16 januari 2014 data yang kami ambil tidak falid dikarenakan jumlah air didalam kolam terlalu banyak sehingga yang tertangkap dengan anco hanya yang kecil-kecil saja dan ikan yang besarnya ikan main di tengah kolam dan tidak ke pnggir lagi. faktor yang ke dua ikan yang kami anco susah didapat karena ikan kami liar dan tidak terlalu jinak. Namun pada saat sampling terahir kemarin pada tanggal 16 Januari 2014 terbukti bahwa ikan kami tidak sekecil seperti minggu kemarin karena kami menangkap semua ikan di kolam dengan pukat mini yang kami pinjam di tempat pak imam desa. Ikan yang kami dapatkan lebih besar-besar dan ada 1 ekor mencapai berat 183 gram dengan hasil rata-rata kami dapatkan pada berat ikan 81,69 gr dengan panjang 17,35 cm. Disini bisa kita lihat bahwa data kemarin yang kami peroleh adalah hasil dari kesalahan sampling. Oleh sebab itu kami mencoba samplik lebih detil dengan mengabil semua ikan di kolam untuk mengetahui ukuran dan jumlah ikan semua di kolam pembesaran. Dari hasil perhitungan apabila ikan kakap ini kami jual kami juga mendapatkan keuntungan tetapih tidak besar keuntungan yang kami dapat karena ukuran yang tidak seragam. Oleh sebab itu kami melanjutkan pembesaran ikan kakap yang kami punya sampai ukuran konsumsi untuk kami jual walaupun praktikum sudah berahir namum kami masih bisa untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak lagi di pembesaran ikan kakap.


  

BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan
Ø  Pembesaran ikan kakap putih kami lakukan di jalan makam syiah kuala desa ganoe lamdingin banda aceh untuk melengkapi syarat lulus mata kuliah pembesaran ikan.
Ø  Pertumbuhan ikan kakap dari awal terus meningkat karena pakan yang tersedia tidak semua tercukupi maka pertumbuhan ikan kakap yang kami pelihara tidak tumbuh dengan baik.
Ø  Hasil sampling pada minggu sebelumnya ikan kakap kami berukuran sangat kecil-kecil karena saat melakukan sampling hanya ikan yang kecil-kecil tertangkap karena banyak nya air di dalam tambak dan ikan yang besar semua main di tmpat kolam yang dalam.
Ø  Hama dan penyakit sering menjadi masalah dalam bidang budidaya namun kami bia mengendalikan dengan cara mengontrol setiap saat.
Ø  Sampling terahir pada tanggal 16 januari 2014 disitu kamu mendapatkan nilai yang sesungguhnya, dengan cara kami menangkap ikan semua di kolam dan pada minggu lalu jelas bahwa data kami hasil dari kesalahan sampling.
5.2 Saran.
      Semoga kami di beri nilai yang bagus oleh bapak khususnya untuk kelompok saya yang sudah berusaha semaksimal mungkin karena semerte 7 ini terahir mata kuliah dan saya ingin menyelesaikan dengan cepat strata 1 saya ini.







DAFTAR PUSTAKA

Batara, R. J. 2008. Deskripsi Morfologi Cacing Nematoda Pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Kakap Merah (Lutjanus spp). Laporan Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Budi. 2009. Perkembangan Rekayasa Teknologi Pembenihan Kakap Putih (Lates
calcarifer, Bloch) di Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, Lampung.
Ismi, S. 2005. Kultur Plankton Untuk Penyediaan Pakan Alami Pada Pembenihan Ikan Kerapu. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali.

Kordi. 2002. Penyakit Viral dalam dalam Pengelolaan Kesehatan Ikan Budidaya Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. DKP. Lampung. Halaman 53-63.

Kadarwati, Lusia. 1997. Pengaruh Perbedaan Kepadatan Larva Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus forsskal) Umur 1-5 Hari. Laporan Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kadarwati, Lusia. 1997. Pengaruh Perbedaan Kepadatan Larva Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus forsskal) Umur 1-5 Hari. Laporan Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 

Kurnia. 1999. Nutrisi dan Teknik Pembuatan Pakan Ikan Kakap Putih dalam Budidaya ikan Kakap Putih (Lates carcarifer, Bloch.) di Karamba Jaring Apung. Departemen Pertanian. Balai Budidaya Laut Lampung.Lampung. 65 Halaman.

Rusyani. 2004. Teknik Kultur Pakan Alami dalam Pembenihan Ikan Kerapu. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung. Bandar Lampung. Halaman 51. 

Supria dan Ruswantoro. 2011. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva dan Benih Kakap Merah Lutjanus argentimaculatus. Buletin Budidaya Laut No. 22. Pesawaran. Lampung.

Murtidjo, 2001. Biologi dan Budidaya Kakap Putih (Lates calcarifer) INFISH Manual seri No. 47. Ditjen Perikanan-International Development Research Centre. Jakarta.

Priyadi, A., Rendy Ginanjar., Asep Permana., dan Jacques Slembrouck., 2009. Tingkat Densitas Larva Botia (Chromobotia macracanthus) dalam Satuan Volume Air pada Akuarium Sistem Resirkulasi. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok

Setiawan, adi. 2011. Pembesaran Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) dalam Keramba Jaring Apung di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Laporan Tugas Akhir. Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.

Said, 2007.. 2001. Pembenihan Kakap Putih (Lates calcariver, Bloch) Skala Rumah Tangga (HSRT-Hatchery Skala Rumah Tangga) dalam www.ristek.go.id (2007).Jakarta.

Sarwono, 1970. Pembenihan Ikan Kerapu. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. 106 Halaman












Tidak ada komentar:

Posting Komentar