BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Rekayasa
akuakultur adalah cabang ilmu yang mempelajari kegiatan budidaya spesies air bernilai ekonomis penting dan sistem produksi
yang digunakan. Aspek rekayasa teknik budidaya bertujuan untuk menerapkan teori matematis dan konsep rekayasa untuk pengembangan sistem produksi yang efektif
dengan penekanan pada penggunaan simulasi untuk kontrol kualitas air
dan kegiatan produksi.Kondisi lingkungan, pakan dan pemupukan merupakan
komponen penting dari produksi.Sistem rekayasa pada umumnya menggunakan operasi
pengolahan air untuk menjamin kualitas lingkungan yang baik bagi kultivan.
Sistem resirkulasi air juga merupakan aspek penting dari usaha ini, dengan
penekanan pada kualitas air, kadar oksigen, dan jumlah pakan. (Anonim, 2011)
Kegiatan budidaya terus tumbuh dengan cepat seiring
perkembangan konsep rekayasa akuakultur. Rekayasa akuakultur membutuhkan
pengetahuan tentang aspek umum sepert isumber dan treatment air, pengetahuan
mengenai unit produksi, sistem pemberian pakan, kebutuhan nutrisi
kultivan, instrumentasi, monitoring, transportasi ikan dan penanganan limbah. (Anonim,
2011)
Kepiting bakau merupakan salah satu jenis komoditas
perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau sangat disenangi
oleh masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kandungan nutrisi sejajar
dengan crustacea yang
lain seperti udang yang banyak diminati baik dipasaran dalam negeri maupun luar
negeri (Anonim, 2011).
Hal tersebutlah yang melatarbelakangi sehingga praktek
lapang rekayasa akuakultur dilaksanakan, karena mengingat potensi dan nilai
ekonomis yang dimiliki oleh kepiting lunak cukup menjanjikan.
1.2. Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan
dilakukannya praktek lapang budidaya kepiting lunak adalah untuk mengetahui
teknik budidaya kepiting lunak (soft shell)
Kegunaan
praktek lapang rekayasa akuakultur adalah sebagai bahan informasi bagi
mahasiswa dalam melakukan budidaya kepiting lunak dengan memanfaatkan vitomolt.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi
kepiting bakau
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Malacostraca
Superordo : Eucaridae
Ordo : Decapoda
Familia : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla sp.
2.2. Morfologi dan anatomi kepiting bakau
Kepiting adalah Hewa crustacea berkaki sepuluh, yang
biasanya mempunyai "ekor"yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy =
pendek, ura = ekor), atau yang perutnya samasekali tersembunyi di bawah thorax.
Hewan ini dikelompokkan ke dalam Phylum Athropoda,Sub Phylum Crustacea, Kelas
Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata danInfraorder Brachyura.
Tubuh kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar)yang sangat
keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit
2.3. Daur
Hidup
Seperti hewan air lainnya reproduksi kepiting terjadi
di luar tubuh, hanya saja sebagian kepiting meletakkan telur-telurnya pada
tubuh sang betina. Kepiting betina biasanya segera melepaskan telur sesaat
setelah kawin, tetapi sang betina memiliki kemampuan untuk menyimpan sperma
sang jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi selanjutnya
dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma. Setelah telur dibuahi
telur-telur ini akan ditempatkan pada bagian bawah perut (abdomen). Jumlah
telur yang dibawa tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies dapat
membawa puluhan hingga ribuan telur ketika terjadi pemijahan.Telur ini akan menetas setelah beberapa hari kemudian menjadi larva
(individu baru) yang dikenal dengan “zoea”. Ketika melepaskan zoea ke perairan,
sang induk menggerak-gerakkan perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan
mudah lepas dari abdomen. Larva kepiting selanjutnya hidup sebagai plankton dan
melakukan moulting beberapa kali hingga mencapai ukuran
tertentu agar dapat tinggal di dasar perairan sebagai hewan dasar (Anonim, 2011).
Daur hidup kepiting meliputi
telur, larva (zoea dan megalopa), post larva atau juvenil, anakan dan dewasa.
Perkembangan embrio dalam telur mengalami 9 fase. Larva yang baru ditetaskan
(tahap zoea) bentuknya lebih mirip udang dari pada kepiting. Di kepala terdapat
semacam tanduk yang memanjang, matanya besar dan di ujung kaki-kakinya terdapat
rambut-rambut. Tahap zoae ini juga terdiri dari 4 tingkat untuk kemudian
berubah ke tahap megalopa dengan bentuk yang lain lagi. Larva kepiting
berenang dan terbawa arus serta hidup sebagai plankton (Anonim, 2011).
2.4. Reproduksi
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara
seksual. Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis.
Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melaluifertilisasi
(pembuahan).Individu yang dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan
dan betina padaArthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada
individu yang berbeda sehingga bersifatdioseus (berumah dua).Hasil fertilisasi
berupa telur (Anonim, 2011).
Kepiting lunak adalah kepiting yang dipanen saat setelah
berganti kulit, yakni ketika kulitnya masih lunak. Kepiting lunak merupakan
salah satu organisme yang rentang terhadap perubahan lingkungan. Olehnya itu
lingkungan perairan harus dijaga dengan baik seperti kondisi kualitas (Anonim,
2011).
2.5. Budidaya
kepiting lunak
Penentuan lokasi budidaya yang baik sangat membantu
dalam keberhasilan budidaya, Tambak Mandiri Jaya memiliki tekstur tanah liat
berpasir, sumber air tambak dari laut lepas yang terlebih dahulu ditampung
ditambak penampungan, jarak sumber air dengan tambak pemeliharaan 350 meter
dari bibir pantai,untuk pH tanah yang terdapat di tambak Mandiri Jaya 4-5, dari
hasil pengamatan kualitas air suhu air 28-32 0C, salinitas 24-30 ppt, pH 4-5,
Ciri – ciri dasar tambak yang sudah kering ditandai oleh tekstur tanah yang
tampak retak-retak (Anonim, 2011)
Pengisian air yang dilakukan pada pada saat air
pasang, dengan cara menbuka pintu pemasukan, kemudian air dimasukan kedalam
petak tambak setinggi 1.5 m dengan kadar salinitas 24 ‰ yang mana pada kondisi
perairan ini sangat baik untuk kepiting (Anonim, 2011).
Wadah yang digunakan dalam pemoultingan kepiting
cangkang lunak yaitu berupa keranjang/sangkak yang dibuat dari bambu yang
dibelah kecil-kecil yang diikat dengan tali PE dan diberi sekat 140 sekat
dengan ukuran tiap sekat 15 x 15 cm dan kemudian diberi pelampung dari
sterofoam. Tujuan dari pemberian sekat agar kepiting tidak keluar dan saling
menyerang/ kanibal
(Anonim, 2011).
Dalam pemeliharaan kepiting lunak kondisi dan kualitas
bibit sangat menentukan dalam keberhasilan budaidaya,kepiting di tambak Mandiri
Jaya berasal dari Panton Labu Nanggroe Aceh Darussalam, menurut hasil data yang
diperoleh dari lapangan bahwa kepiting dari aceh sangat cocok untuk dilakukan
pemoultingan dan kualitas kepiting nya sangat bagus. Pengangkutan bibit dari
Aceh mengunakan transportasi darat dengan jarak tempuh dari Aceh-Medan 4-5 jam
yang mana kepiting dimasukan kedalam keranjang bambu (Anonim, 2011)
Metode Pengangkutan kepiting mengunakan sistem kering
yang mana kepiting dimasukan dalam keranjang yang terbuat dari bambu, selama
dalam pengangkutan kepiting terlebih dahulu disiram dengan air supaya kepiting
dapat bertahan lama dalam pengangkutan, penyiraman dilakukan sebanyak 4 kali
hal ini supaya kepiting tidak mengalami kematian (Anonim, 2011).
Seleksi untuk mencegah tingkat kematian dalam
pemeliharaan maka terlebih dahulu dilakukan seleksi kepiting, kepiting yang
sudah tua atau sudah pernah bertelur tidak baik untuk dipemoultingkan, ukuran
kepiting yang dipeliharan berukuran cangkang 10-15 cm, dengan berat 60-150
gram, ukuran tersebut sangat baik dan sangat cepat dalam proses moulting,
kondisi organ tubuh lengkap tidak ada yang cacat dan terluka dari hasil
pengamatan kepiting yang mengalami cacat dan luka tidak bisa moulting dan
mengalami kematian dalam 1-4 hari pemeliharaan.dari hasil pengamatan dan data
dari lapangan bahwa penilai jenis kepiting ada jenis, jantan,betina, dan
kepiting banci yang sangat baik untuk diperlihara. untuk bentuk kelamin juga
harus diperhatikan, kepiting yang bentuk kelamin bulat,berwarna coklat tua
tidak bisa mengalami moulting (Anonim, 2011).
Pematahan Capit dan kaki Kepiting bakau (Scyalla
seratta)
pematahan/pemotongan kaki jalan dan capit kepiting, yang mana kaki jalan dan capit di patahkan bertujuan untuk menghindari kepiting keluar dari keranjang, saling memangsa dan merangsang pertumbuhan organ yang baru. Kondisi ini sesuai pendapat Syarifuddin dkk.,(2004) dalam husni (2006) yang menyatakan bahwa teknik pemeliharaan kepiting bakau dengan cara pematahan capit dan kaki jalan kecuali kaki renang bertujuan untuk menghindari kepiting saling memangsa dan keluar dari keranjang dan secara biologis dengan pematahan capit dan kaki jalan tersebut dapat merangsang kepiting lebih cepat untuk proses pertumbuhan atau ganti kulit (Anonim, 2011).
pematahan/pemotongan kaki jalan dan capit kepiting, yang mana kaki jalan dan capit di patahkan bertujuan untuk menghindari kepiting keluar dari keranjang, saling memangsa dan merangsang pertumbuhan organ yang baru. Kondisi ini sesuai pendapat Syarifuddin dkk.,(2004) dalam husni (2006) yang menyatakan bahwa teknik pemeliharaan kepiting bakau dengan cara pematahan capit dan kaki jalan kecuali kaki renang bertujuan untuk menghindari kepiting saling memangsa dan keluar dari keranjang dan secara biologis dengan pematahan capit dan kaki jalan tersebut dapat merangsang kepiting lebih cepat untuk proses pertumbuhan atau ganti kulit (Anonim, 2011).
Sebelum dilakukan pemotongan kaki terlebih dahulu
kepiting disiram dengan air asin untuk mempermudah pelepasan pangkal capit dan
pangkal kaki secara utuh dan sempurna tanpa merusak morfologi tubuh kepiting.
Proses pematahan dilakukan secara manual menggunakan jarum dan gunting,
pemotongan kaki dilakakukan pada ujung kaki jalan yang mana secara otomatis
pangkal kaki jalan patah sendiri (Anonim, 2011).
Setelah dilakukan pemotongan kaki dan capit kepiting
disiram kembali dengan air asin untuk mencegah stress penebaran dilakukan pada
pagi hari, setiap sekat dimasukan satu kepiting dengan jumlah sekat yang ada
dikeranjang 140 sekat (Anonim, 2011).
Pakan Kepiting cangkang lunak berkisar 4 – 6 % dari
biomasa dengan frekuensi pemberian satu kali dalam sehari. Hal ini sesuai
dengan pendapat Cholik dkk. (2005) yang menyatakan bahwa sebaiknya pemberian
pakan kepiting dilakukan pada sore hari atau menjelang malam karena kepiting
bakau aktif mencari makan pada saat matahari terbenam. (Anonim, 2011)
Pengelolaan kualitas air sehingga tetap terjaga dan
stabil selama masa pemeliharaan dilakukan pergantian air sebanyak 50- 70 %
pengantian air di Cv Mandiri Jaya pada saat terjadi pasang surut dan kondisi
air yang tidak bagus lagi hal ini ditandai dengan keruhnya dan terjadi banyak
mati (Anonim, 2011).
Selama melaksakan praktek pergantian air dilakukan
secara bertahap pada pagi dan sore hari ini dikarenakan proses pergantian air
harus menunggu air laut pasang. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari
sebanyak dua kali pada pagi dan pada sore hari. Parameter kualitas air yang
diukur meliputi suhu, pH dan salinitas (Anonim, 2011).
Pada tahap awal pemeliharan yang mana kepiting
terlebih dahulu diseleksi berat, dan ukuran karapas,untuk ukuran berat 70-80
sangat baik untuk dimoultingkan dikarenankan kepiting ini sangat cepat
mengalami ganti kulit (moulting) dan harga dipasaran sangat mahal karena ukuran
yang sedang dan menarik, masa pemeliharan untuk kepiting ini antara 15-25 hari
pemeliharaan yang mana ditandai munculnya organ baru tiap hari organ tersebut
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga perlu pergontrolan setiap
hari untuk mencegah mengeras kembali yang sudah ganti kulit,setelah
pemeliharaan 15-25 hari kepiting dilakukan pemanenan secara bertahap dan
penanganan pertama dilakukan perendaman dengan air tawar untuk mencegah
mengerasnya kembali baru kemudian kepiting dimasukan kedalam mesin pendingin
agar kepiting dapat dipertahankan kesegarannya untuk dipasarkan dalam kondisi
beku dan basah/lunak (Anonim, 2011).
Selama melaksanakan praktek hama dan penyakit yang
menyerang kepiting lunak adalah burung dan penyakit putih, dari data yang
diperoleh bahwa penyakit ini disebabkan oleh buruknya kualitas air di tambak
untuk pencegahan dilakukan pengantian air, serangan penyakit ini ditandai
berwarna putih didalam carapas kepiting serangan penyakit ini dapat menyebabkan
kematian hasil data yang diperoleh bawah tingkat kematian yang disebakan
penyakit ini sampai 50 %, penyakit ini bisa menular pada kepiting yang lain
(Anonim, 2011).
Panen dilakukan secara bertahap pada umur pemeliharaan
kepiting sudah mencapai 15 – 20 hari kepiting sudah mengalami moulting satu
persatu .untuk kepiting dengan metoda pematahan capit dan kaki jalan sangat
cepat dalam proses pemoultingan. Pemanenan dilakukan setelah kepiting ganti
kulit (moulting) proses pemanenan diawali dengan pengukuran berat akhir dan
pengukuran lebar dan panjang karapas setelah kepiting ganti kulit harus segera
diambil dan direndam air tawar selama 25 menit hal ini dilakukan untuk
menghindari kepiting akan keras kembali dan setelah itu kepiting harus segera
di bekukan atau dibungkus kedalam plastik pembungkus untuk dipasarkan (Anonim,
2011).
Teknik Pemanenan dilakukan dengan cara selektif dimana
kepiting yang telah melepaskan kulit harus segera diambil dan dimasukkan
kedalam ember yang telah diisi air. Kepiting akan segera ganti kulit apabila
suhu, salinitas berubah dari tinggi kerendah atau sebaliknya dan juga
dipengaruhi oleh faktor makanan yang mencukupi (Anonim, 2011).
BABIII
METODOLOGI PRAKTEK
3.1. Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan praktek lapang rekayasa akuakultur dilaksanakan
pada hari Sabtu, tanggal 26 November 2011, pukul 14.00 WITa bertempat di Ady
Crabs Kabupaten Barru, Makassar.
3.2. Alat
dan Bahan
Adapun alat
yang digunakan dalam praktik lapang ialah sebagai berikut :
Tabel 1 :
Alat yang digunakan dalam praktik
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1
|
Crabsbox
|
tempat
pemeliharaan kepiting lunak
|
2
|
Spoit
|
untuk
menyuntikkan vitomolt
|
3
|
Lampu
|
sebagai
penyinaran
|
4
|
Basket
|
tempat
menyimpang kepiting
|
5
|
Rakit
|
untuk
memantau dan mengawasi kepiting
|
6
|
Timbangan
|
untuk
menimbang kepiting
|
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktik ini ialah sebagai berikut :
Tabel
1 : Bahan yang digunakan dalam praktik
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Vitomolt
|
sebagai
bahan untuk mempercepat molting
|
2
|
Pakan
|
sebagai
makanan untuk kepiting
|
3
|
Media air
Payau
|
tempat
pemeliharaan kepiting
|
3.3. Metode
Praktek
Dalam melaksanakan kegiatan praktik lapang rekayasa
akuakultur payau, metode yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
- Observasi
- Wawancara / interview
- Pengamataan langsung
BABIV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan peninjauan di lapangan tentang
pembudidayaan kepiting bakau di dapatkan hasil sebagai berikut :
4.1. Tambak
Tambak adalah wilayah yang dibentuk oleh manusia untuk
pemeliharaan ikan maupun undang. (Ghufran, 2007)
Tambak yang digunakan pada ADY Crab, memiliki warna
yang kecoklatan serta liat, ini sangat bagus sebagai tempat budidaya sesuai
pendapat Herman (2009) yang mengatakan bahwa penentuan lokasi budidaya yang
baik sangat membantu dalam keberhasilan budidaya, memiliki tekstur tanah liat
berpasir.
Luas lokasi budidaya yaitu 3 hektar, dibagi menjadi 6
buah tambak dengan masing-masing 1 petak berukuran 4000 m.
4.2. Pintu air
Pintu air yang merupakan jalur keluar masuknya air ke
tambak sangat penting bagi kehidupan kultivan, oleh karena itu pintu air harus
di desain sebaik mungkin. Pintu air yang terdapat pada tambak kepiting yaitu
system sirkulasi yang mempunyai 1 pintu pemasukan air dan 1 pintu pengeluaran
air yang prosesnya satu kali pemutaran dari pintu masuk ke pintu
keluar. Pintu air sangat berperan untuk mengalirkan air jika terjadi
peningkatan salinitas di tambak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghufran (2007)
bahwa dalam kondisi salinitas air tambak yang meningkat, petambak harus
mengalirkan air baru. Dan ini dapat dilakukan melalui saluran/pintu air.
4.3. Sampel (Kepiting)
Kepiting lunak adalah kepiting yang dipanen saat
setelah berganti kulit, yakni ketika kulitnya masih lunak. Kepiting lunak ini
berasal dari luwu timur, palopo, dan wajo. Kepiting yang dianggap sudah cukup
layak untuk di budidayakan dipisahkan kemudian diaklimatisasi dengan disiram
air tambak pada pagi hari. Sesuai dengan pendapat Herman (2009) bahwa kepiting
disiram dengan air asin untuk mencegah stress penebaran dilakukan pada pagi
hari.
4.4. Titian Bambu
Titian bambu merupakan sarana yang mendukung proses
pengmatan dan pemberian pakan kepiting lunak yang ada di tambak. Titian bambu
pada tambak ADY Crab digunakan untuk mengawasi kepiting lunak yang disimpan
pada masing-masing crabsbox serta memudahkan dalam pemberian pakan.
Titian ini berkisar 2 – 3 pada masing-masing petakan.
4.4. Crabsbox
Keranjang kurungan yang dibuat dari bambu yang di beri sekat
sehingga kepiting tidak keluar dari wadah.(Herman, 2009). Luas lahan untuk 1
petak tambak 4000 m², sehingga padat penebaran kepiting dengan menggunakan
crabsbox yaitu setiap petakan dipasang 1200 crabsbox, masing – masing carbsbox
berisi 1 ekor kepiting dengan berat 50-120 gram. 1 (satu) bibit kepitng
diletakkan kedalam setiap 1(satu) kotak di dalam rakit dengan posisi normal.
Sangat dianjurkan tidak tergesa-gesa dan melempar kepiting bibit kedalam kotak
agar tidak menambah kondisi "stress" kepiting bibit pasca proses
"cutting" namun meletakkannya dengan perlahan-lahan. (Anonim,
2011)
4.5. Viitomolt
Vitomolt adalah nama yang diberikan untuk ekstrak
bayam tersedi dalam bentuk serbuk sehingga harus dilarutkan terrlebih dahulu
dengan air steril sebelum digunakan untuk penyuntikan.
Adapun
metode penyiapan larutan vitomolt yaitu:
Ukuran (gr)
|
Pengenceran (ml)
|
Jumlah kepiting
|
± 90
|
13.3
|
133
|
± 95
|
12.6
|
126
|
± 100
|
12.0
|
120
|
± 105
|
11.4
|
114
|
± 110
|
10.9
|
109
|
± 115
|
10.4
|
104
|
± 120
|
10.0
|
100
|
± 125
|
9.6
|
96
|
Netto 100 mg
vitomolt/botol
± 130
|
13.8
|
138
|
± 135
|
13.3
|
133
|
± 140
|
12.8
|
128
|
± 145
|
12.4
|
124
|
± 150
|
12.0
|
120
|
± 155
|
11.6
|
116
|
Netto 150 mg
itomolt/botol
± 60
|
14.0
|
140
|
± 65
|
12.9
|
129
|
± 70
|
12.0
|
120
|
±75
|
11.2
|
112
|
± 80
|
10.5
|
105
|
± 85
|
9.9
|
99
|
Netto 70 mg
vitomolt/botol
4.6. Rangka
bambu
Rangka bambu
merupakan tempat untuk meletakkan crabsbox agar dapat mengapung di atas air.
Gambar.7. Kerangka bambu
Bambu merupakan media yang tahan berada di dalam air,
sehingga bagus digunakan dalam budidaya kepiting lunak dengan metode crabsbox.
Karena crabsbbox bisa disimpan dan diletakkan diatas kerangka dan bisa bergerak
mengikuti aliran air di tambak dalam satu petak.
4.7. Sumber air
Sumber air tambak dari laut lepas yang terlebih dahulu
ditampung ditambak penampungan.(Herman, 2009). Air di tambak pemeliharaan
bersumber dari laut yang berada tidak jauh dari lokasi pemilaharaan. Berdasarkan
hal tersebut maka tambak ini bisa digolongkan menjadi tambak layah, karena
terletak dekat sekali dengan laut. (Ghufran, 2007).
4.8. Pematang
Pematang merupakan pembatas bagi masing-masing tambak
yang digunakan untuk mempermudah dalam proses pemanenan. Pematang pada lokasi
tambak terbuat dari tanah, ini menyuplai nutrien dan tidak berpengaruh pada
kebiasaan kepiting yang sering membuat lubang pada pematang karena budidaya
yang dilakukan terbatas di dalam box. Crabs box berfungsi
menghindari sifat kanibalisme sesama kepiting (Anonim, 2011).
BABV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari praktik
lapang yang dilakukan dapat disimpulkan:
· Proses budidaya
kepiting lunak tidak jauh berbeda dengan membudidayakan kepiting
pada umumnya
· Proses budidaya
kepiting lunak mulai dari pemilihan lahan, bibit, penyuntikan
vitamoltt, penebaran, pemberian pakan pengawasan hingga panen.
· Tahapan budidaya
direkayasa agar mempercepat dan mempermudah proses budidaya yang diinginkan.
5.2. Saran
Praktik lapang adalah ajang untuk mengetahui dan
melihat secara langsung proses dan tahapan yang telah dipelajari secara teori,
jadi dalam proses ini diharapkan lebih melibatkan praktikan dalam
tahapan-tahapan di lapangan.
Daftar pustaka
Anonim. 2011. http://ikanikanku.blogspot.com/2009/05/peluang-budidaya-kepiting-soka-menganga.html diakses
pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim. 2011. http://thunnus918.wordpress.com/2009/04/30/teknik-pemoultingan-kepiting-scylla-sp-cangkang-lunak-dan-penanganan-hasil-panen/ diakses
pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim.2011http://www.balitbangjatim.com/balitbang/publikasi/upload/penelitian_model_budidaya_kepiting_soka_ramah_lingkungan_dan_stimulasi_teknis_penerapannya_di_tambak.pdf diakses
pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim. 2011.http://safarudinhitler.blogspot.com/2011/03/800x600-normal-0-false-false-false-en.html diakses
pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim. 2011. http://kepitingsokamandiri.blogspot.com/ diakses
pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim.2011. http://www.identitasonline.net/2010/01/teknologi-budidaya-kepiting-cangkang.html diakses
pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim. 2011. http://www.scribd.com/doc/58516865/KLASIFIKASI-KEPITING diakses
pada tanggal 7 Desember 2011. Makassar
Ghufran,M. 2007. Budi daya Perairan. PT Citra Aditya
Bakti. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar