Kamis, 27 Oktober 2016

Budidaya Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)

KATA PENGANTAR
Sukur alhamdulilah berkat rahmat dan pertologa tuhan yang mahesa pembuatan makalah budidaya sepat siam ini dapat terselesaikan. Penulisberharap kiranya  makalah kecil ini dapat menjadi petunjuk praktis didalam mengelola dan memulai budidaya ikan yang di laksanakan di perkarangan baik hanya sebagai hoby terlebih lagi sebagai sumber penghasilan. Sebab tidak jarang penulis menemukan pembudidayaan terbentur pada sumber informasi yang masih terbatas. Penulis berharap dengan pengalaman yang di temukan nanti dilapangan.
Makalah ini penulis susun agar nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca serta para pembudidaya ikan yang masih sangat kekurangan akan informasi tentang budidaya ikan sepat siam ini. Bagaimanapun baiknya sebuah makalah ,akan lebih baik lagi apabila mengalami penyempurnaan sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karenanya penulis berharap ada keritik dan saran yang penulis terima dari para pembaca makalah ini. Agar nantinya kami dapat lebih baik dalam penulisan makalah serta lebih mudah untuk di pahami oleh kalangan pembaca.
Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi memberikan sumbangan pemikiranya dalam pembuatan makalah ini serta bimbinganya. Sehinga makalah ini dapat penulis susun dan dapat di baca,sebagai sumber informasi yang bermanfaat bagi pembaca.


BAB I
PENDAHULUAN

Budidaya merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk dalam menu makanan sehari-hari,adalah dengan jalan memelihara ikan di kolam perkarangan. Lauk pauk ikan sangatlah penting selain rasanya yang enak ,juga sebagai sumber protein hewani yang sangat penting bagi tubuh kita.bila dilihat dari kacamata usha tani,keuntungan yang di peroleh para petani ikan di tas masih sangat sedikit dibanding dengan biyaya investasi pembagunan kolam dan tenaga yang di keluarkan untuk mengelola perkaranganya.
Bila melihat latar belakang pemeliharaanya ikan di kolam dengan seadanya dapatlah dimaklumi, karena sedikit sekali di antara mereka yang mengetahui apalagi menguasai teknik budidaya ikan. Baik sifat kebiasaannya maupun kebiasaan makanya serta kebiasaan berkembagbiaknya. Satu hal yang pantas untuk mendapat acungan jempol adalah kemauaan untuk memelihara ikan. Meskipun itu hanya usaha sambilan tanpa bermaksud sebagai usaha utama.
Kalu selamma ini kita membayangkan usaha perikanan harus selalu di laksanakan pada lokasi yang luas dan kondisi air yang selalu melimpah,itu tidak benar. Karena kita dapat mengusahakanya di perkarangan yang luasnya terbatas luasnya. Sukur-sukur kalau lahanya luas dan airnya melimpah. Andaikan tidak tersedia lahan dan air yang cukup,maka kita tetap bisa mengusahakanya dikolam perkarangan. Tentu saja di sesuaikan dengan ikan yang akan di pelihara dan jenis budidaya yang akan di laksanakan. Karena bila kita tinjau lebih lanjut, usaha budidaya perikanan itu memiliki beberapa aspek kegiatan antara lain pembenihn dan pembesaran.
Usaha ikan di perkarangan dapat dilaksanakan dalam sekala besar,dengan usaha menejemen yang baik. Semuai itu dapat tercapai dengan sarana dan prasarana yang memadai. Lokasi yang akan di bangun memiliki kelandaiaan yang memenuhi sarat teknis,juga air yang tersedia cukup debitnya. Selain itu perlu ditunjang dengan model yang cukup,di tambah dengan beberapa persaratan teknis maupun social ekonomi lainya. Maka jadilah usaha budidaya ikan di perkarangan yang tdinya hanya sebagai usaha sambilan berubah menjadi usaha keluarga yang memberikan keuntungan yang cukup besar.
Berbekal dari makalah yang tentunya sangat terbatas kemampuanya,di tambah dari peengalaman yang di peroleh dari pengolahan usahanya. Maka dapat di pastikan para pemula budidaya ikan di perkarangan dapat eorang yang terampil dan tanguh. Dan dengan demikian keuntunganya yang semula masih semu dan belum pasti kan menjai sebuah hal yang tidak hayalan lagi.



BAB III
HABITAT DAN REPRODUKSI IKAN SEPAT SIAM

Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Perciformes
Famili:
Osphronemidae
Genus:
Trichogaster
Spesies:
Trichogaster pectoralis
3.1. Ciri-ciri morfologi
Ikan sepat siam yang mempunyai nama ilmiah Trichogaster pectoralis. Ragam dari anabantidae ini mempunyai badan memanjang. Bentuk tubuh pipih ke samping ,tinggi badan 2,2-3 kali panjang setandar. Mulut kecil dan dapat di sembulkan. Jari-jari sirip perut yang pertama  mengalami modifikasi/perubahan menjadi filamen yang panjang hinga mencapai ekor.
Warna badan bagian pungug hijau kegelapan sedangkan pada bagian sebelah samping sisik berwarna lebih terang. Pada bagian kepala dan badan terdapat garis-garis yang melintang dan dari mata sampai ekor terdapat garis memanjang yang terputus. Pada sirip dubur terdapat 2-3 garis hitam yang membujur. Ikan ini dapat mencapai panjag mencapai 25cm.

3.2. Kebiasaan Hidup di Air
Ikan sepat siam bukan merupan ikan asli dari Indonesia melainkan dari Thailan. Di alam aslinya ikan ini menepaati rawa-rawa yang PH rendah. Jadi tidaklah heran jika ikan ini dapat berkembang biak di rawa-rawa Indonesia yang kisaran pHnya berkisar antara 4-9.
Tertarik dengan sifat dan kebiasaan hidupnya pemerintah Indonesia mendapatkan ikan ini dari semenanjung malaka pada tahun 1934. Pertama kali ikan ini di tebarkan di rawa di Sumatra,Kalimantan dan Sulawesi.
Dari penebaran ikan-ikan ini di Indonesia ternyata menunjukan hasil yang positif.ini terbukti dengan peneebaran pada Sumatra  selatan,ikan ini dapat berkembang biak dengan cepat. Malah di peroleh informasi bahwa sanya ikan sepat siam merupakan ikan ekonomis yang menepati rawa-rawa pulau andalas ini. Pernah di adakan pencatatan hasil penagkapan di perairan umum sebagian besar ,kurang lebih 60% adalah ikan sepat siam.
Untuk menangkap ikan ini diperairan umum tidaklah susah karena ikan ini dapat tertangkap dengan alat penagkap misalnya: pukat dan empang lulu yang terbuat dari bamboo dengan rotan sebagai pengikatnya.
Selain di Sumatra selatan,penebaran yang dilakukan di danau tempe(sulowesi selatan)juga telah menunjukan hasil yang membangakan. Hasil awetan yang berupa ikan asin pun telah di nikmati oleh orang jawa. Kalau suatu jenis ikan sudah di awetkan entah dalam bentuk apa bisa di bayagkan pastilah produksinya telah melimpah. Jenis ikan ini jugak di sebarkan kebali ,Lombok,flores,dan ambon yang hasilnya sebagian di nikmati oleh orang jawa.
Cuma sayingnya orang jawa hanya suka mensumsi saja berupa iakn asin,tapi kurang tertarik untuk memeliharanya. Oleh karena itu pemeliharaan ikan sepat ini di jawa kurang popular.hanya di daerah rendahlah yang biasanya airnya tidakbanyak mengalir orang rela menebar kolamnya dengan ikan gepeng yang bisa hidup pada suhu 25-35oc in. tempat tempat yang sangat cocok bagi ikan thailan ini biasanya dengan daerah yang mempunyai ketingian yang tidak lebih dari 800m.
3.3. Kebiasaan Makan
Ada kesamaan antara larva/ benih dengan ikan-ikan dewasa dari makan yang disukai ,sehinga akan memudahkan pemeliharaan ikan ini di kolam nantinya. Ikan-ikan dewasa menyukai Zooplankton,sedangkan benih dan larva menyukai fitoplankton yang ukuran dan komposisinya masih lmbut.
Golongan zooplaktonyang sangat di sukai oleh ikan-ikan dewasa cilliata,Rotifera,Cladocera,Copepoda. Selain itu juga ikan dewasa ini menyukai tumbuhantinkat tinggi yang membusuk menjadi santapan yang meyenagkan bagi iakan ini. Jika di perairan tempat hidupnya tersedia tumbuhan-tumbuhan tinkat tiggi seperti kankung dan lemna akan di santapnya juga. Sedangkan golongan fitoplkton yang sangat disukai oleh benih biasanya yang bernama Bacillariphyceae.Cyanophyceae dan flagelata.

3.4. Kebiasaan berkembang biak
Dibandingka ikan berordo labyrinthici yang lain seperti gurami,ikan ini memiliki kebisaan yang berbeda. Kalau ikan gurami tukang buat sarang sebelum melakukan perkawinan,maka sepat ini suka main balon dan memang suka buat balon. Balon yang di buatnya merupakan gelembung busa yang biasanya di persiaapkan sebelum memijah. Dan yang sudah biasa melakukan hal itu biasanya iakn sepat yang telah berumur 7 bulan keatas. Yang berumur kurang dari itu dilarang karena belum mampu.
Telur yang dikeluarkan oleh ikan betina berkisar atara 7.000 sampai dengan 8.000 butir,tetapi biasanya yang jadi benih hanya sekitarr 4.000 ekor. Ini munkin di karenakan tidak semua dibuahi oleh seperma jantan atau karena tidak ada yang menetas. Namun bisa juga benih-benih tersebut mati karena tidak tahan terhadap keadaan linkungan tersebut.
Seperti ikan gurami ikan sepat siam ini juaga memiliki telur yang mengapung karena mengandung globul minyak. Telur-telur yang sehat akan berwarna kuning atau berwarna kuning keputihan. Dan biasanya akan menetas pada 36-48 jam terhitung setelah pembuahan. Kantong kuning telur tempat makanan larva yang pertama kali akan habis diserap dalam jangka waktu yang agak lama yaitu sekitar 3-7 hari. Ikan ini dapat di pijahkan tanpa mengenal waktu pemjahan sehinga memunkinkan produksi benih melimpah sepanjang tahun.
Sama halnya dengan gurami,ikan ini dapat di tebarkan pada kolam yang kurang mendapatkan pergantian air. Misalnya pada air limbah dan kolam galian pasir atau hanya merupakan genagan saja. Pada penebaran bisa di perbanyak dalam satu kolm tanpa khawatir akan mengalami kekurangan oksigen. Jika dapat di ambil kesimpulan,ikan ini memiliki kelebihan di bandinkan ikan-ikan dari golongan cyprindae seperti tawes mas dan nilem.

3.5. Memilih induk
Ikan sepat jantan dapat dibedakan dengan ikan sepat betina. Caranya dengan melihat panjag dan bentuk ikanya. Jika sirip pungugnya membulat dan pendek sehinga tidak mencapai dasar pagkal sirip ekor bisa di pastikan bahwa ikan tersebut betina. Namun jika sirip pungugnya panjang sehinga mencapai dasar pangkal sirip ekor dan di tambah lagi dengan bentuk tubuhnya yang lancip seperti sirip pungug ikan gurami maka pastikanlah tanpa ragu-ragu lagi bahwa ikan itu memiliki kelamin jantan.
Selain bentuk sirip punggung biaasanya jugak bisa di lihat dari warna tubuh atau tinggi badanya. Ikan betina biasanya lebih bersih atau lebih gelep. Sedangkan tinggi badan ikan jantan biasanya lebih tinggi jika di banding ikan betina. Induk-induk yang baik untuk di pijahkan tetunya setelah berumur 7 bulan dengan badan yang sehat tidak cacat juga tidak sakit.

3.6. Pemijahan sepat siam
Untuk memijahkan ikan sepat siam ini sebenarya tidak di perlakukan perlakuan yang istimewa. Namun demikian bukan seperti ikan ini bebas di kawinkan begitu saja tanpa persaratan lain. Pemijahan yang dilakukan dengan meniru kebisaan hidupnya dialam ternyata memberikan hasil dan tingkat kebeerhasilan lebih tingi di bandingkan dengan pemijahan yang asal-asalan saja.

3.6. Konstruksi kolam pemijahan
Ikan sepat tidak membutuhkan aliran air yang besar dalam pemijahan seperti halnya ikan-ikan keluarga cyprinidae. Bahkan di kolam air tergeneg pun ikan ini akan dengan senang hati melakukan tugasnya mencari pasangan,membuat sarang dan kawin.
Namun demikian jika kita menhendaki usaha budidaya ini tidak tersedat- sendat sebaiknya di sediakan kolam pemijahan yang cukup bonofit seperti halnya ikan-ikan lain, yang bisa dimasukan air degan mudah dan di keringkan dari air tanpa kesulitan. Luas kolam pemijahan tergantung lahan yang tersedia, namun biasanya berkisar antara 200-300m2. Kedalaman air berkisar antara 70-100m2.Kolam pemijahan miring kearah pintu pengeluaran air dan mempunyi kemaril pada dasar kolamnya. Kolam harus selalu di control agar tidak terjadi kebocoran yang tidak di ingikan.



3.7. Persiapaan pemijahaan
Kolam-kolam yang telah di keringkan di isi air kembali dengan ketingian air berkisar antara 70-100cm. Sebelum melakukan penebaran benih seminggu atau sepuluh hari sebelum kolam boleh diberi pupuk kandang sebanyak 1kg/m2. Ini di maksudkan menyediakan makanan alami yang di butuhkan benih nantinya setelah kuning telur habis.
Sambil menungu kolam siap,pemasukan air di tutup sama sekali begitu tuga pintu keluarnya. Setelah seminggu induk sepat yang telah terpilih dapat dimasukan dalam kolam pemijahan dengan perbandingan 1:1 antara induk jantan dan betina.
Karena induk jantan membuat sarang sebelum melakukan pemijahan,maka di permukaan perairan musti di sediakan bahan untuk melindungi sarang yang saat melakukan pemijahaan nantinya. Bahan tersebut dapat berupa jerami padi yang segar yang di tebarkan merata pada seluruh permukaankolam terutama pada bagian pingiran. Bahan pelindung ini sangat penting  karana selain melindungi sarang yang ada telurnya dari terik mata hari juga melindungi telurnya  tempaan air hujan yang kadang-kadang tajam. Selain itu juga melindungi dri serbuan angin yang kadang tidak bersahabat.
Pemasukaan air sekedarnya saja untuk meganti air yang hilang karena menguap dan pematang yang kurang kuat menahan air. Pengaliran air yang cukup deras akan mengakibatkan hanyutnya telur-telur tersebut dan mengurangi kesuburan tanah yang telah kita pupuk tadi, sehingga akan sia-sialah jeri payyah kita menyediakan makanan alami anak-anak seppat ini.
3.7. Pemijahan
Ikan jatan biasanya akan membuat sarag busa dibawah jerami yang telah disediakan mengambang di permukaan kolam. Pembuatan sarang ini dilakukan dalam jangka yang agak lama juga yaitu berkisar 1-2 hari, biasanya gelembung udara (buih) yang terbentuk tersebut bergaris tengah 1,5-3mm. pada saat ikan jantan ini membuat sarang peragaianya agak berubah yaitu galak. Ikan ini tidak membiarkan ikan lain –tak terkecuali induk betina –mendekat.jika ada ikan yag menganggu akan disikatnya higga keluar dari daerah toritorialnya, namun setelah sarang selesai di buat perangainya akan berubah lemah lembut terutama pada saat merayu si juwita induk betina. Dengan modal sarang busa tersebuttidak sulit bagi induk jantan untuk memikat iduk betina yang telah matang telur.
Telur-telur tersebut akan mengapung di bawah sarang buasa karena memang si induk janta ini mengajak induk betina tepat berada dibawah sarang yang telah  dibangunya. Telur-telur yang subur dalam arti dibuahi akan menetas selama 2-3 hari sejak pembuahan. Seperti halnya ikan lele rupanya yang berbakat merawat anak sepat siam ini adalah induk jantanya. Maka tidak heran jika dengan setia dan kadang –kadang galak induk jantan ini menjaga anak-anaknya terutama dari gangguan dari ikan lain yang bermaksud memangsanya.
Pemijahan yag baik menurut beberapa pendapat biasanya dilakukan pada sat musim kemarau karena telur-telur tidak rusak karena tertimpa air hujan, dan biasanya suhu stabil. Namun pada kenyataanya jika seluruh hal dipenuhi, pemijahan pada waktu musim penghujan pun akan memberikan hasil yang tidak sedikit.
Larva yang baru menetas belum membutuhkan makanan dari luar karena masih memakan kuning telurnya. Hingga hari yang ketujuh , benih sepat baru membutukan makanan dari luar, yaitu plankton yang tersedia di kolam pemijahan.
Didalam kolam pemijahan ini telur-telur dibiarkan menetas dan larvanya menbesar bersama-sama dengan induknya hingga berumur satu bulan induk ikan sudah bisa di pisahkan dari anak-anaknya di kembalikan ke kolam pemeliharaan induk sedangkan anak-anak sepat ini dapat dipelihara dikolam tersendiri.
3.8. Pembesaran
Pembesaran ikan sepat siam boleh dilakukan sejak sepat berumur 2 bulan yang biasanya berukuran sepanjang 5-6 cm. pada usia ini ikan di anggap sudah bisa melindungi dirinya dari serangan ikan buas dan dapat bersaing mencari makana dengan ikan lainya. Persiapan kolam pembesaran seperti halnya kolam pemijahan harus di pupuk terlebih dahulu untuk menumbuhkan makanan alami ikan. Namun untuk pembesaran benih ikan  sepat tidak boleh mengandalkan makanan alami saja. Karena jika  demikian ikan akan terganggu pertumbuhanya. Ini mengingat pakan alami yang dapat tumbuh dan yang ditumbuhkan dikolam tersebut terbatas jumlahnya.
Untuk memperoleh hasil yang di harapkan harus di suplai dari luar baik yang berupa tepuk misalnya dedak,tepung daun,maupun kagkung,lemna,daun singkong,dan lain sebagainya.
Pertubuhan ikan seperti ini di kolam yang di pupuk dengan pemberian makanan tambahan akan mencapai 7-9 cm setelah umur 3 bulan setelah penetasan . pada umur 6 bulan panjang total ikan tersebut dapat mencapai10-12 cm.setelah berumur 1tahun ikan ini dapat mencapai panjang mencapai 16-18 cmm. Oleh karenaya tidak heran jika produksi kolam yang di pakai pembesarab ikan sepat inidapat mencapai 230-350 kg/ha/tahun.


DAFTAR PUSTAKA
Asmawi,suhaili,Pemijahan ikan konsumsi (Jakarta : 1986 )
Dinas Prikanan DKI Jakarta,Pengantar Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar (Jakarta : 1986)
Sjamsudin,A.R,Pengantaar Perikanan(Jakarta,Karya Nusantara:1980)
Susanto,heruBudidaya Ikan di Perkarangan(Jakarta : 2003)

Sumantadinata,Komar,Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia (Jakarta : Sastra Hudaya,1983)

REKAYASA AQUAKULTUR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Rekayasa akuakultur adalah cabang ilmu yang mempelajari kegiatan budidaya spesies air bernilai ekonomis penting dan sistem produksi yang digunakan. Aspek rekayasa teknik budidaya bertujuan untuk menerapkan teori matematis dan konsep rekayasa untuk pengembangan sistem produksi yang efektif dengan penekanan pada penggunaan simulasi  untuk kontrol kualitas air dan kegiatan produksi.Kondisi lingkungan, pakan dan pemupukan merupakan komponen penting dari produksi.Sistem rekayasa pada umumnya menggunakan operasi pengolahan air untuk menjamin kualitas lingkungan yang baik bagi kultivan. Sistem resirkulasi air juga merupakan aspek penting dari usaha ini, dengan penekanan pada kualitas air, kadar oksigen, dan jumlah pakan. (Anonim, 2011)
Kegiatan budidaya terus tumbuh dengan cepat seiring perkembangan konsep rekayasa akuakultur. Rekayasa akuakultur membutuhkan pengetahuan tentang aspek umum sepert isumber dan treatment air, pengetahuan mengenai unit produksi, sistem pemberian pakan, kebutuhan nutrisi kultivan, instrumentasi, monitoring, transportasi ikan dan penanganan limbah. (Anonim, 2011)
Kepiting bakau merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau sangat disenangi oleh masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kandungan nutrisi sejajar dengan crustacea yang lain seperti udang yang banyak diminati baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri (Anonim, 2011).
Hal tersebutlah yang melatarbelakangi sehingga praktek lapang rekayasa akuakultur dilaksanakan, karena mengingat potensi dan nilai ekonomis yang dimiliki oleh kepiting lunak cukup menjanjikan.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dilakukannya praktek lapang budidaya kepiting lunak adalah untuk mengetahui teknik budidaya kepiting lunak (soft shell)
            Kegunaan praktek lapang rekayasa akuakultur adalah sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam melakukan budidaya kepiting lunak dengan memanfaatkan vitomolt.









BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi kepiting bakau
Phylum            : Arthropoda
Classis             : Crustacea
Subclassis        : Malacostraca
Superordo       : Eucaridae
Ordo                : Decapoda
Familia            : Portunidae
Genus                    : Scylla
Spesies            : Scylla sp.

2.2. Morfologi dan anatomi kepiting bakau
Kepiting adalah Hewa crustacea berkaki sepuluh, yang biasanya mempunyai "ekor"yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya samasekali tersembunyi di bawah thorax. Hewan ini dikelompokkan ke dalam Phylum Athropoda,Sub Phylum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata danInfraorder Brachyura. Tubuh kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar)yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit
2.3. Daur Hidup
Seperti hewan air lainnya reproduksi kepiting terjadi di luar tubuh, hanya saja sebagian kepiting meletakkan telur-telurnya pada tubuh sang betina. Kepiting betina biasanya segera melepaskan telur sesaat setelah kawin, tetapi sang betina memiliki kemampuan untuk menyimpan sperma sang jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi selanjutnya dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma. Setelah telur dibuahi telur-telur ini akan ditempatkan pada bagian bawah perut (abdomen).  Jumlah telur yang dibawa tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies dapat membawa puluhan hingga ribuan telur ketika terjadi pemijahan.Telur ini akan menetas setelah beberapa hari kemudian menjadi larva (individu baru) yang dikenal dengan “zoea”. Ketika melepaskan zoea ke perairan, sang induk menggerak-gerakkan perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan mudah lepas dari abdomen. Larva kepiting selanjutnya hidup sebagai plankton dan melakukan moulting beberapa kali hingga mencapai ukuran tertentu agar dapat tinggal di dasar perairan sebagai hewan dasar (Anonim, 2011).
Daur hidup kepiting meliputi telur, larva (zoea dan megalopa), post larva atau juvenil, anakan dan dewasa. Perkembangan embrio dalam telur mengalami 9 fase. Larva yang baru ditetaskan (tahap zoea) bentuknya lebih mirip udang dari pada kepiting. Di kepala terdapat semacam tanduk yang memanjang, matanya besar dan di ujung kaki-kakinya terdapat rambut-rambut. Tahap zoae ini juga terdiri dari 4 tingkat untuk kemudian berubah ke tahap megalopa dengan bentuk yang lain lagiLarva kepiting berenang dan terbawa arus serta hidup sebagai plankton (Anonim, 2011).

2.4. Reproduksi
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual. Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melaluifertilisasi (pembuahan).Individu yang dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan dan betina padaArthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifatdioseus (berumah dua).Hasil fertilisasi berupa telur (Anonim, 2011).
Kepiting lunak adalah kepiting yang dipanen saat setelah berganti kulit, yakni ketika kulitnya masih lunak. Kepiting lunak merupakan salah satu organisme yang rentang terhadap perubahan lingkungan. Olehnya itu lingkungan perairan harus dijaga dengan baik seperti kondisi kualitas (Anonim, 2011).
2.5. Budidaya kepiting lunak
Penentuan lokasi budidaya yang baik sangat membantu dalam keberhasilan budidaya, Tambak Mandiri Jaya memiliki tekstur tanah liat berpasir, sumber air tambak dari laut lepas yang terlebih dahulu ditampung ditambak penampungan, jarak sumber air dengan tambak pemeliharaan 350 meter dari bibir pantai,untuk pH tanah yang terdapat di tambak Mandiri Jaya 4-5, dari hasil pengamatan kualitas air suhu air 28-32 0C, salinitas 24-30 ppt, pH 4-5, Ciri – ciri dasar tambak yang sudah kering ditandai oleh tekstur tanah yang tampak retak-retak (Anonim, 2011)
Pengisian air yang dilakukan pada pada saat air pasang, dengan cara menbuka pintu pemasukan, kemudian air dimasukan kedalam petak tambak setinggi 1.5 m dengan kadar salinitas 24 ‰ yang mana pada kondisi perairan ini sangat baik untuk kepiting (Anonim, 2011).
Wadah yang digunakan dalam pemoultingan kepiting cangkang lunak yaitu berupa keranjang/sangkak yang dibuat dari bambu yang dibelah kecil-kecil yang diikat dengan tali PE dan diberi sekat 140 sekat dengan ukuran tiap sekat 15 x 15 cm dan kemudian diberi pelampung dari sterofoam. Tujuan dari pemberian sekat agar kepiting tidak keluar dan saling menyerang/               kanibal (Anonim, 2011).
Dalam pemeliharaan kepiting lunak kondisi dan kualitas bibit sangat menentukan dalam keberhasilan budaidaya,kepiting di tambak Mandiri Jaya berasal dari Panton Labu Nanggroe Aceh Darussalam, menurut hasil data yang diperoleh dari lapangan bahwa kepiting dari aceh sangat cocok untuk dilakukan pemoultingan dan kualitas kepiting nya sangat bagus. Pengangkutan bibit dari Aceh mengunakan transportasi darat dengan jarak tempuh dari Aceh-Medan 4-5 jam yang mana kepiting dimasukan kedalam keranjang bambu (Anonim, 2011)
Metode Pengangkutan kepiting mengunakan sistem kering yang mana kepiting dimasukan dalam keranjang yang terbuat dari bambu, selama dalam pengangkutan kepiting terlebih dahulu disiram dengan air supaya kepiting dapat bertahan lama dalam pengangkutan, penyiraman dilakukan sebanyak 4 kali hal ini supaya kepiting tidak mengalami kematian (Anonim, 2011).
Seleksi untuk mencegah tingkat kematian dalam pemeliharaan maka terlebih dahulu dilakukan seleksi kepiting, kepiting yang sudah tua atau sudah pernah bertelur tidak baik untuk dipemoultingkan, ukuran kepiting yang dipeliharan berukuran cangkang 10-15 cm, dengan berat 60-150 gram, ukuran tersebut sangat baik dan sangat cepat dalam proses moulting, kondisi organ tubuh lengkap tidak ada yang cacat dan terluka dari hasil pengamatan kepiting yang mengalami cacat dan luka tidak bisa moulting dan mengalami kematian dalam 1-4 hari pemeliharaan.dari hasil pengamatan dan data dari lapangan bahwa penilai jenis kepiting ada jenis, jantan,betina, dan kepiting banci yang sangat baik untuk diperlihara. untuk bentuk kelamin juga harus diperhatikan, kepiting yang bentuk kelamin bulat,berwarna coklat tua tidak bisa mengalami moulting (Anonim, 2011).
Pematahan Capit dan kaki Kepiting bakau (Scyalla seratta)
pematahan/pemotongan kaki jalan dan capit kepiting, yang mana kaki jalan dan capit di patahkan bertujuan untuk menghindari kepiting keluar dari keranjang, saling memangsa dan merangsang pertumbuhan organ yang baru. Kondisi ini sesuai pendapat Syarifuddin dkk.,(2004) dalam husni (2006) yang menyatakan bahwa teknik pemeliharaan kepiting bakau dengan cara pematahan capit dan kaki jalan kecuali kaki renang bertujuan untuk menghindari kepiting saling memangsa dan keluar dari keranjang dan secara biologis dengan pematahan capit dan kaki jalan tersebut dapat merangsang kepiting lebih cepat untuk proses pertumbuhan atau ganti kulit (Anonim, 2011).
Sebelum dilakukan pemotongan kaki terlebih dahulu kepiting disiram dengan air asin untuk mempermudah pelepasan pangkal capit dan pangkal kaki secara utuh dan sempurna tanpa merusak morfologi tubuh kepiting. Proses pematahan dilakukan secara manual menggunakan jarum dan gunting, pemotongan kaki dilakakukan pada ujung kaki jalan yang mana secara otomatis pangkal kaki jalan patah sendiri (Anonim, 2011).
Setelah dilakukan pemotongan kaki dan capit kepiting disiram kembali dengan air asin untuk mencegah stress penebaran dilakukan pada pagi hari, setiap sekat dimasukan satu kepiting dengan jumlah sekat yang ada dikeranjang 140 sekat (Anonim, 2011).
Pakan Kepiting cangkang lunak berkisar 4 – 6 % dari biomasa dengan frekuensi pemberian satu kali dalam sehari. Hal ini sesuai dengan pendapat Cholik dkk. (2005) yang menyatakan bahwa sebaiknya pemberian pakan kepiting dilakukan pada sore hari atau menjelang malam karena kepiting bakau aktif mencari makan pada saat matahari terbenam. (Anonim, 2011)
Pengelolaan kualitas air sehingga tetap terjaga dan stabil selama masa pemeliharaan dilakukan pergantian air sebanyak 50- 70 % pengantian air di Cv Mandiri Jaya pada saat terjadi pasang surut dan kondisi air yang tidak bagus lagi hal ini ditandai dengan keruhnya dan terjadi banyak mati (Anonim, 2011).

Selama melaksakan praktek pergantian air dilakukan secara bertahap pada pagi dan sore hari ini dikarenakan proses pergantian air harus menunggu air laut pasang. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari sebanyak dua kali pada pagi dan pada sore hari. Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, pH dan salinitas (Anonim, 2011).
Pada tahap awal pemeliharan yang mana kepiting terlebih dahulu diseleksi berat, dan ukuran karapas,untuk ukuran berat 70-80 sangat baik untuk dimoultingkan dikarenankan kepiting ini sangat cepat mengalami ganti kulit (moulting) dan harga dipasaran sangat mahal karena ukuran yang sedang dan menarik, masa pemeliharan untuk kepiting ini antara 15-25 hari pemeliharaan yang mana ditandai munculnya organ baru tiap hari organ tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga perlu pergontrolan setiap hari untuk mencegah mengeras kembali yang sudah ganti kulit,setelah pemeliharaan 15-25 hari kepiting dilakukan pemanenan secara bertahap dan penanganan pertama dilakukan perendaman dengan air tawar untuk mencegah mengerasnya kembali baru kemudian kepiting dimasukan kedalam mesin pendingin agar kepiting dapat dipertahankan kesegarannya untuk dipasarkan dalam kondisi beku dan basah/lunak (Anonim, 2011).

Selama melaksanakan praktek hama dan penyakit yang menyerang kepiting lunak adalah burung dan penyakit putih, dari data yang diperoleh bahwa penyakit ini disebabkan oleh buruknya kualitas air di tambak untuk pencegahan dilakukan pengantian air, serangan penyakit ini ditandai berwarna putih didalam carapas kepiting serangan penyakit ini dapat menyebabkan kematian hasil data yang diperoleh bawah tingkat kematian yang disebakan penyakit ini sampai 50 %, penyakit ini bisa menular pada kepiting yang lain (Anonim, 2011).
Panen dilakukan secara bertahap pada umur pemeliharaan kepiting sudah mencapai 15 – 20 hari kepiting sudah mengalami moulting satu persatu .untuk kepiting dengan metoda pematahan capit dan kaki jalan sangat cepat dalam proses pemoultingan. Pemanenan dilakukan setelah kepiting ganti kulit (moulting) proses pemanenan diawali dengan pengukuran berat akhir dan pengukuran lebar dan panjang karapas setelah kepiting ganti kulit harus segera diambil dan direndam air tawar selama 25 menit hal ini dilakukan untuk menghindari kepiting akan keras kembali dan setelah itu kepiting harus segera di bekukan atau dibungkus kedalam plastik pembungkus untuk dipasarkan (Anonim, 2011).

Teknik Pemanenan dilakukan dengan cara selektif dimana kepiting yang telah melepaskan kulit harus segera diambil dan dimasukkan kedalam ember yang telah diisi air. Kepiting akan segera ganti kulit apabila suhu, salinitas berubah dari tinggi kerendah atau sebaliknya dan juga dipengaruhi oleh faktor makanan yang mencukupi (Anonim, 2011).
























BABIII
 METODOLOGI PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktek lapang rekayasa akuakultur  dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 November 2011, pukul 14.00 WITa bertempat di Ady Crabs Kabupaten Barru, Makassar. 
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktik lapang ialah sebagai berikut :
Tabel 1 : Alat yang digunakan dalam praktik
No
Alat
Fungsi
1
Crabsbox
tempat pemeliharaan kepiting lunak
2
Spoit
untuk menyuntikkan vitomolt
3
Lampu
sebagai penyinaran
4
Basket
tempat menyimpang kepiting
5
Rakit
untuk memantau dan mengawasi kepiting
6
Timbangan
untuk menimbang kepiting


            Adapun bahan yang digunakan dalam praktik ini ialah sebagai berikut :
 Tabel 1 : Bahan yang digunakan dalam praktik
No
Bahan
Fungsi
1
Vitomolt
sebagai bahan untuk mempercepat molting
2
Pakan
sebagai makanan untuk kepiting
3
Media air Payau
tempat pemeliharaan kepiting
3.3. Metode Praktek
Dalam melaksanakan kegiatan praktik lapang rekayasa akuakultur payau, metode yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
-       Observasi
-       Wawancara / interview
-       Pengamataan langsung

BABIV
 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan peninjauan di lapangan tentang pembudidayaan kepiting bakau di dapatkan hasil sebagai berikut :
4.1. Tambak
Tambak adalah wilayah yang dibentuk oleh manusia untuk pemeliharaan ikan maupun undang. (Ghufran, 2007)
Tambak yang digunakan pada ADY Crab, memiliki warna yang kecoklatan serta liat, ini sangat bagus sebagai tempat budidaya sesuai pendapat Herman (2009) yang mengatakan bahwa penentuan lokasi budidaya yang baik sangat membantu dalam keberhasilan budidaya, memiliki tekstur tanah liat berpasir.
Luas lokasi budidaya yaitu 3 hektar, dibagi menjadi 6 buah tambak dengan masing-masing 1 petak berukuran 4000 m.
4.2. Pintu air
Pintu air yang merupakan jalur keluar masuknya air ke tambak sangat penting bagi kehidupan kultivan, oleh karena itu pintu air harus di desain sebaik mungkin. Pintu air yang terdapat pada tambak kepiting yaitu system sirkulasi yang mempunyai 1 pintu pemasukan air dan 1 pintu pengeluaran air yang prosesnya satu kali pemutaran dari pintu masuk  ke pintu keluar. Pintu air sangat berperan  untuk mengalirkan air jika terjadi peningkatan salinitas di tambak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghufran (2007) bahwa dalam kondisi salinitas air tambak yang meningkat, petambak harus mengalirkan air baru. Dan ini dapat dilakukan melalui saluran/pintu air.

4.3. Sampel (Kepiting)
Kepiting lunak adalah kepiting yang dipanen saat setelah berganti kulit, yakni ketika kulitnya masih lunak. Kepiting lunak ini berasal dari luwu timur, palopo, dan wajo. Kepiting yang dianggap sudah cukup layak untuk di budidayakan dipisahkan kemudian diaklimatisasi dengan disiram air tambak pada pagi hari. Sesuai dengan pendapat Herman (2009) bahwa kepiting disiram dengan air asin untuk mencegah stress penebaran dilakukan pada pagi hari.

4.4. Titian Bambu
Titian bambu merupakan sarana yang mendukung proses pengmatan dan pemberian pakan kepiting lunak yang ada di tambak. Titian bambu pada tambak ADY Crab digunakan untuk mengawasi kepiting lunak yang disimpan pada masing-masing crabsbox serta memudahkan dalam  pemberian pakan. Titian ini berkisar 2 – 3 pada masing-masing petakan.

4.4. Crabsbox
Keranjang kurungan yang dibuat dari bambu yang di beri  sekat sehingga kepiting tidak keluar dari wadah.(Herman, 2009). Luas lahan untuk 1 petak tambak 4000 m², sehingga padat penebaran kepiting dengan menggunakan crabsbox yaitu setiap petakan dipasang 1200 crabsbox, masing – masing carbsbox berisi 1 ekor kepiting dengan berat 50-120 gram. 1 (satu) bibit kepitng diletakkan kedalam setiap 1(satu) kotak di dalam rakit dengan posisi normal. Sangat dianjurkan tidak tergesa-gesa dan melempar kepiting bibit kedalam kotak agar tidak menambah kondisi "stress" kepiting bibit pasca proses "cutting" namun meletakkannya dengan perlahan-lahan. (Anonim, 2011)
4.5. Viitomolt
Vitomolt adalah nama yang diberikan untuk ekstrak bayam tersedi dalam bentuk serbuk sehingga harus dilarutkan terrlebih dahulu dengan air steril sebelum digunakan untuk penyuntikan.

Adapun metode penyiapan larutan vitomolt yaitu:
Ukuran (gr)
Pengenceran (ml)
Jumlah kepiting
± 90
13.3
133
± 95
12.6
126
± 100
12.0
120
± 105
11.4
114
± 110
10.9
109
± 115
10.4
104
± 120
10.0
100
± 125
9.6
96

Netto 100 mg vitomolt/botol
± 130
13.8
138
± 135
13.3
133
± 140
12.8
128
± 145
12.4
124
± 150
12.0
120
± 155
11.6
116

Netto 150 mg itomolt/botol
± 60
14.0
140
± 65
12.9
129
± 70
12.0
120
±75
11.2
112
± 80
10.5
105
± 85
9.9
99
Netto 70 mg vitomolt/botol
4.6. Rangka bambu
Rangka bambu merupakan tempat untuk meletakkan crabsbox agar dapat mengapung di atas air.
Gambar.7. Kerangka bambu
Bambu merupakan media yang tahan berada di dalam air, sehingga bagus digunakan dalam budidaya kepiting lunak dengan metode crabsbox. Karena crabsbbox bisa disimpan dan diletakkan diatas kerangka dan bisa bergerak mengikuti aliran air di tambak dalam satu petak.
4.7.  Sumber air
Sumber air tambak dari laut lepas yang terlebih dahulu ditampung ditambak penampungan.(Herman, 2009). Air di tambak pemeliharaan bersumber dari laut yang berada tidak jauh dari lokasi pemilaharaan.  Berdasarkan hal tersebut maka tambak ini bisa digolongkan menjadi tambak layah, karena terletak dekat sekali dengan laut. (Ghufran, 2007).
4.8. Pematang
Pematang merupakan pembatas bagi masing-masing tambak yang digunakan untuk mempermudah dalam proses pemanenan. Pematang pada lokasi tambak terbuat dari tanah, ini menyuplai nutrien dan tidak berpengaruh pada kebiasaan kepiting yang sering membuat lubang pada pematang karena budidaya yang dilakukan terbatas di dalam box.  Crabs box berfungsi menghindari sifat kanibalisme sesama kepiting (Anonim, 2011).

BABV
 PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari praktik lapang yang dilakukan dapat disimpulkan:
·      Proses budidaya kepiting lunak tidak jauh berbeda dengan  membudidayakan kepiting pada umumnya
·      Proses budidaya kepiting lunak  mulai dari pemilihan lahan, bibit, penyuntikan vitamoltt, penebaran, pemberian pakan pengawasan hingga panen.
·      Tahapan budidaya direkayasa agar mempercepat dan mempermudah proses budidaya yang diinginkan.
5.2. Saran
Praktik lapang adalah ajang untuk mengetahui dan melihat secara langsung proses dan tahapan yang telah dipelajari secara teori, jadi dalam proses ini diharapkan lebih melibatkan praktikan dalam tahapan-tahapan di lapangan.

Daftar pustaka

Anonim. 2011. http://ikanikanku.blogspot.com/2009/05/peluang-budidaya-kepiting-soka-menganga.html diakses pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim. 2011.http://safarudinhitler.blogspot.com/2011/03/800x600-normal-0-false-false-false-en.html diakses pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim. 2011. http://kepitingsokamandiri.blogspot.com/ diakses pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim.2011. http://www.identitasonline.net/2010/01/teknologi-budidaya-kepiting-cangkang.html diakses pada tanggal 5 Desember 2011. Makassar
Anonim. 2011. http://www.scribd.com/doc/58516865/KLASIFIKASI-KEPITING diakses pada tanggal 7 Desember 2011. Makassar

Ghufran,M. 2007. Budi daya Perairan. PT Citra Aditya Bakti. Bandung